Bagian 23: Yang Melepas dan Yang Berjuang

946 85 12
                                    

(Keterangan: Maaf chapternya pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Keterangan: Maaf chapternya pendek. Harusnya ada lanjutan cerita tentang Ezra dan Rafella. Tapi mood nya beda banget ama bagian ini dan daripada ngerusak, gue bakal bikin jadi part sendiri, besok atau dua hari lagi. Stay tune!)

Satu hal yang paling aneh tentang dinding sekolah adalah mereka seakan-akan memiliki telinga. Satu kabar bisa tersebar dengan sangat cepat. Hanya butuh satu hari untuk hampir seluruh sekolah tau Daven dan Cantika putus.

Beberapa cowok yang sudah sejak lama mengincar Cantika langsung membuat pergerakan, salah satu yang paling jelas adalah Angga. "Can, lo mau ke BTA sama siapa entar?" kata Angga yang duduk di samping Cantika dan Nessa di kantin.

"Gue jalan sama Athala gitu2. Geng gue. Ada apa, Ngga?" jawab Cantika yang sebenarnya sudah tau maksud Angga. Angga bukan cowok pertama yang ngajak Cantika jalan. Rendra, anak IPS, bahkan udah nge chat Cantika dari kemarin malam.

Angga sedikit kecewa Cantika menolak ajakannya. Nessa cuman bisa senyum-senyum melihat kejadian itu. Ketika Angga akhirnya meninggalkan mereka Nessa langsung menyindir Cantika. "Gila ya lo. Baru putus berapa hari udah banyak aja yang ngajakin jalan," gumamnya.

Cantika membalas candaan Nessa. "Tapi yang deketin gue gak jelas semua. Rendra? Angga? Gak jelas banget. Lagian gue gak mau punya cowok dulu ah. Gue mau fokus belajar," ujar Cantika memutuskan. Ia tidak mau belajarnya diganggu oleh cowok-cowok tidak berkualitas.

"Eh, Nes. Daven cerita sesuatu gak ke lo? Kan lo bedua suka ngobrol-ngobrol," tanya Cantika mengorek informasi dari Nessa. Nessa mengeleng. "Enggak sama sekali. Ke Athala juga belum cerita apa-apa."

Cantika terlihat agak sedikit khawatir. "Nes, gimana dong. Gue cuman pengen yang terbaik gitu buat kita berdua dan mungkin kayak gini yang terbaik gak sih?"

Nessa memeluk sahabatnya itu. "He's gonna be okay. Daven gitu loh. Dia bisa nge-handle hidupnya. Sekarang tinggal lo. Lo boleh cinta sama cowok, tapi ada porsinya juga lo harus mikirin diri lo sendiri kan? Jangan malah lo masih mikirin gini. Kalian kan tetep bertemen. Okay? Coba lo take care of yourself dulu Can."

Cantika mengangguk setuju pada saran dari Nessa.

"Gue bisa gak ya sendiri. Gue udah ampir dua tahun sama Daven," kata Cantika yang tiba tiba berpikir.

"Kan ada temen temen lo. Kita gak kemana-mana. Daven gak kemana-mana. Tenang ya, Can. It's gonna be okay." Nessa membangkitkan semangat Cantika. "Girl Power, Beb," tambahnya.

"Girl Power" balas Cantika. "Doain ini beneran jalan yang terbaik, ya Nes."

Sepulang sekolah

Athala menunggu teman temannya di parkiran. Tak lama kemudian Nessa, Cantika, dan Daven berjalan ke arah mereka. "Mana tuh Ezra Rafella?"

"Ezra bawa mobil. Biasa biarin aja tuh orang bedua," kata Daven yang terlihat memegang kunci motornya. "Gue juga kayaknya gak bareng deh. Gue lagi bawa motor nih."

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang