Bagian 32: Selamat Tinggal Sekolah!

785 71 4
                                    

Beberapa bulan setelah itu.

Athala bersiap untuk Ujian Nasional hari terakhir. Athala pun bersiap untuk (mungkin) mengenakan batik sekolahnya untuk terakhir kalinya. Baju seragam yang telah menemaninya selama 3 tahun terakhir.

Ketika ia turun, ia mendepati mamanya sedang membuat sarapan untuknya. 

"Kamu tau gak, rasanya baru kemarin mama nganter kamu ke TK untuk pertama kalinya. Sekarang anak ganteng mama udah mau lulus SMA," ucap Andita sambil memeluk anak laki-lakinya. "Don't grow up so fast, my boy!" ujarnya sambil memberikan sepiring roti untuk sarapan.

"Hehehe. Iya, ma," jawab Athala salting.

Athala menghabiskan rotinya ketika tiba tiba Andira menggenggam tangannya. "14 tahun kamu sekolah, mama cuman mau bilang. You did a great job, son. Kamu selalu buat mama bangga," Athala keheranan ada apa dengan mamanya? Kenapa tiba tiba gitu?

"Ehh.. iya, Mah. Makasih?"

"Gimana Ujian kemarin?" tanya sang papa.

Soalnya memang susahnya kayak laknat. "Susah mayan pa."

"Itu kurang aja belajarnya," lanjut sang papa.

"Iya, maaf."

Ekspresi wajah Andira langsung berubah mendengar perkataan Taufan tersebut. Ketika Athala akhirnya berpamitan dan berjalan menuju mobilnya, amarah Andira pun akhirnya terlepas.

"Papa udah kelewatan! Mama udah gak bisa lagi tolerir tindakan papa ke Athala. Papa terlalu neken dia. Dia tuh butuh di-support, Pa!"

"Kamu tuh gak ngerti cara didik anak cowok. Athala terlalu lembek. Gimana dia mau jadi dokter kalau ujian aja berani bilang susah. Gak ada soal susah, adanya dia yang kurang belajar. Ma, dia gak memanfaatkan semua fasilitas yang kita kasih. Lihat tidak progres nilai dia gimana?"

"Ya dia gak mau jadi dokter kali. Kenapa sih papa selalu maksa itu?"

"KITA UDAH OMONGIN INI BERKALI-KALI! Bukan maksa, ma. Tapi mengarahkan. Dia tau apa soal tujuan hidup dia?"

"Papa tau apa soal Athala. Pernah gak denger Atahla? Denger mama? Pernah gak apresiasi Athala. Papa ini kayak gak pernah muda aja sih!"

Taufan yang emosi mendobrak mejanya. "Aku pernah muda. Kamu tau aku ngapain pas muda? Kerja! Sambil kuliah. Belajar mati-matian buat jadi dokter ternyata aku gak bisa kuliah dokter cuman gara-gara uang. Aku gak punya masa muda dan sorry kalau kamu gak ngerti. Kamu asik senen-seneng sama temen-temen kaya kamu!"

"IT'S YOU LOSS! NOT HIS!" Andita balas menaikkan nadanya.

Andita menangis dan masuk ke kamarnya, terlalu lelah dengan pertangkaran yang berulang dengan suaminya.

.

Di Rumah Rezkytama

"Iya, jadi ini cincin baru aku. Dibeliin Kenzie loh," pamer Aqila yang rasanya puas melihat ekspresi kaget Stephanie, sahabat lamanya.

"Kalungku juga dibeli sama Carsten. Hadiah ulang tahunku." Ujarnya tak mau kalah.

Perdebatan dua ibu ibu sosialita ini terhenti oleh telepon yang masuk di handphone Aqila. "Bentar, Steph. Ini adikku."

"Hey, honey. Kenapa pagi-pagi? Main sini kerumahku kalau gak praktek."

"Mbak, aku gak kuat. Aku pengen cerai," ujar Andita sambil berurai air mata.


Di sekolah

Setelah selesai UN hari terakhir

(Bukan) Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang