Satu

1.1K 345 311
                                    

BAGIAN SATU

Kara mengerutkan dahinya ketika turun ke bawah tepatnya saat menuju ruang makan. Awalnya ingin sarapan tiba-tiba saja ia urungkan ketika tak melihat siapa-siapa disini. Suasananya sepi tak seperti biasanya.

"Ayah sama Bunda mana?" ucapnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Namun sayangnya Kara tak menemukan siapa-siapa. Ayah dan Bundanya yang biasanya sudah duduk diruang makan sebelum dirinya, kini sama sekali tak menampakkan batang hidung mereka.

"Bi? Bi anum?" panggil Kara sedikit kencang memanggil pembantu yang biasanya selalu membantu Bundanya memasak didapur.

"Mana sih ini! BUNDA! AYAH! ih, ntar Kara telat! Kara mau sarapan nih!" teriak Kara semakin keras. Tapi tak ada sahutan.

Bukan masalah jika Kara sarapan sendirian. Tapi masalahnya adalah Ayahnya selalu mengajarkan padanya untuk selalu melakukan hal-hal sederhana dengan bersama-sama. Seperti sarapan dipagi hari, yang menjadi waktu pas untuk mereka berkumpul sebelum akhirnya mereka akan berpisah melakukan aktivitas disiang hari.

Kara mulai jengah. Mungkin kali ini ia akan sarapan sendiri. Dan mungkin kedua orang tuanya sedang berada didalam kamar.

"Jomblo mah gini ya," ucap Kara sambil menarik salah satu kursi dimeja makan. Belum sampai ia duduk, sebuah suara mengejutkan dirinya.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday Karaa...."

Kara tidak bisa menahan senyum bahagianya ketika sebuah kue tar coklat beserta lilin yang berangka-16 mengisi pandangannya. Devi-Bundanya dan Aksa-Ayahnya, bahkan Bi Anum serta sopir yang bekerja dirumahnya tengah berdiri sembari menyanyikan lagu 'happy birthday' untuk dirinya.

"Selamat ulangtahun Kara!!!" sorak semuanya sambil bertepuk tangan.

"Kalian--"

"Tiup lilinnya dulu sayang," sela Devi tersenyum hangat ke arah putri bungsunya. Kara pun mengangguk.

Gadis itu meniup lilin yang berdiri dan bercahaya diatas kue tar ulangtahunnya. Tak lupa ia memanjatkan doa sebelum meniupnya. Senyumannya tak pernah hilang dari bibirnya membuat wajahnya semakin cantik jika dipandang.

"Makasih semuanya!" Kara memeluk Bundanya kemudian beralih pada Ayahnya. Tak lupa juga Bi Anum dan Pak Kasap yang merupakan pasangan suami istri yang bekerja dirumah Kara yang memang sudah menganggap Kara seperti putri mereka sendiri.

"Selamat ulangtahun putri bungsunya Bunda." Devi mengelus rambut putrinya lembut. "Nggak nyangka udah besar ya anak Bunda."

"Iya ya, nggak nyangka ternyata kamu bisa nambah umur juga," lanjut Aksa membuat putrinya mengerucutkan bibirnya manja.

Semuanya tertawa melihat ekspresi manja gadis itu. Bagi mereka Kara tetaplah Kar

"Yaiyalah Yah! Kara kan juga manusia yang punya umur dan umurnya bisa nambah," balas Kara.

"Iya, iya ngalah nih. Pokoknya sekarang kamu itu harus lebih dewasa lagi jangan kayak anak kecil lagi. Harus bisa mandiri," lanjut Aksa sambil mengecup kening putrinya.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang