Lima Belas

386 129 136
                                    

Selamat membaca 🎈


BAGIAN LIMA BELAS

Mulailah dari awal layaknya seorang teman yang baru saling mengenal...

•••••

Malam harinya, Kara duduk ditepi jendela kamarnya. Ia menatap langit malam yang penuh dengan benda-benda galaxy kesukaannya.

Ia tersenyum sambil melamun. Andai ia bisa seperti bintang, yang bebas dilangit sana. Berkeliling mengelilingi bulan temannya. Entah apa artinya, yang pasti Kara hanya ingin seperti bintang yang selalu menemani bulan.

Buku tebal berwarna abu-abu dan cryan yang sejak tadi berada di pangkuannya, ia buka perlahan. Mencari lembaran kosong yang siap untuk ia isi selanjutnya.

Dear bulan,

Kamu bisa melihat ku dibawah sini bukan?
Bahkan kamu juga bisa melihat semua orang yang juga tengah menatapmu

Aku ingin seperti mu, ah tidak!
Maksudku, aku ingin seperti bintang temanmu yang juga bisa melihat semua orang yang menatapnya

Jika aku bintang, aku pasti akan mengelilingimu
Bermain dan berlindung dibalik cahayamu
Aku pasti beruntung kala bersamamu

Tapi maaf, jika kalanya aku pergi
Maaf jika kalanya aku meninggalkanmu yang tengah bercahaya seorang diri dilangit gelap yang luas

Aku hanyalah bintang kecil yang tak sehebat dirimu
Sekali awan hitam menakutkan datang, maka dalam sekejap pula cahaya ku tak ada artinya lagi
Dan disaat itu jugalah aku hanya bisa menatap mu dari kejauhan...

Kara menutup buku hariannya. Rasanya sudah lama ia tak bercerita didalam buku ini. Mungkin karena begitu banyak kata yang menggambarkan seluruh isi hatinya setiap hari.

Kara memejamkan matanya saat merasakan terpaan angin malam berhembus diwajahnya. Seketika pikirannya jatuh pada seseorang yang berhasil membuat Kara merasakan hal aneh dihatinya.

Anggara.

Apakah setulus itu Anggara mencintainya? Apakah itu hanya kata-kata manis yang ia gunakan agar Kara menerimanya?

Kara membuka matanya. Sepertinya ia tak boleh masuk begitu saja kedalam kata-kata cowok itu.

Bagaimana pun juga, ia harus fokus pada usahanya untuk membatalkan perjodohan yang melibatkan dirinya dengan Anggara. Ya, ia ingin jauh dari Anggara.

Lupakan semua yang terjadi tadi siang. Dan lupakan semua ungkapan itu.

***

Pagi ini gadis cantik itu telah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut panjangnya ia biarkan terurai bersamaan dengan hembusan angin kala ia membuka jendela kamarnya.

Kara mengambil tasnya dan segera menuruni tangga menuju meja makan. Kaki kirinya sudah terasa lebih baik sekarang, walau masih sedikit terasa nyeri.

"Pagi Bun," sapa Kara lalu duduk disalah satu bangku dimeja makan.

"Pagi sayang," balas Devi. Ia meletakkan segelas susu vanila dihadapan Kara.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang