Tiga Puluh Sembilan

146 21 76
                                    

BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN

Ternyata begini rasanya terluka karena cinta?
Sakit tapi tak berdarah...

~ Shela Lazuardy ~

•••

Kara meletakkan tasnya dibangkunya. Matanya melirik ke arah Shela yang tengah sibuk memainkan ponsel lalu beralih ke depan, tepat dimana Katya duduk sambil membaca sebuah novel.

"Eum... Shel," panggil Kara pada Shela, berharap gadis itu melihatnya.

Tampak pergerakan dari Shela. Gadis itu melirik sebentar lalu kembali memainkan ponselnya.

Melihat itu Kara menghela napasnya. "Lo marah sama gue?"

Tidak ada jawaban dari Shela.

"Gue minta maaf, ya..." ujar Kara lagi. Tangannya bergerak menyentuh lengan Shela.

"Kemarin gue nggak bermaksud kayak gitu sama lo. Gue cuma mau nyelesain masalah gue sendiri. Dan soal Kak Wilona kemarin-"

Shela menoleh dengan wajah dinginnya. "Lupakan. Percuma juga gue kasih tau lo. Toh, lo tetap nggak mau keluar dari geng itu, kan?"

Kara menggeleng pelan. "Bukan nggak mau, tapi-"

"Udahlah Kar. Gue lagi nggak mood ngebahas hal itu lagi." Shela kembali terfokus pada layar ponselnya.

"Masih marah sama gue?" tanya Kara yang tanpa sadar pembicaraan mereka didengar oleh Katya diam-diam.

Pertanyaan itu membuat Shela menghembuskan napasnya kasar. Shela menoleh dengan raut wajah yang sudah tak sedingin tadi.

"Kalau ditanya gue marah atau enggaknya, jelas gue marah. Tapi gue nggak mau egois Kar. Gue nggak mau karena keegoisan gue mengatur lo bisa bikin kita musuhan dan berakhir dengan persahabatan kita yang hancur. Disini gue cuma bisa ngedukung keputusan yang terbaik buat lo aja." Shela akhir nya menunjukkan senyum tulusnya walau sebenarnya ia masih sedikit kesal atas kejadian kemarin.

Kara terperangah sejenak, ia benar-benar tak bisa menahan harunya mengingat perkataan Shela yang memang benar selalu ada untuk dirinya. Mendukung setiap keputusan nya, walaupun semuanya itu pasti diawali dengan kekecewaan.

"Aaaa.... Lop you Shelanying, hehe..." Kara memeluk Shela erat dari samping. Ia terkekeh melihat raut tak suka Shela ketika gadis itu ia peluk.

"Nggak usah lebay. Lepas ih, gue sesak nih!"

Akhirnya pelukan itu terlepas dan dilanjutkan dengan cengiran lebar milik Kara. Kara saat ini benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut bahagia nya melihat Shela yang sudah tak marah lagi padanya.

"Shel, nanti sore main ke rumah gue yuk!"

"Ngapain? Maaf ya, Barbie lagi sibuk. Jadi nggak ada waktu buat hal-hal yang nggak ada faedahnya," ujar Shela berpura-pura sombong.

"Dih... Sejak kapan lo jadi alay gini, Shel? Nggak papa kalau lo nggak mau mah. Tapi lo yakin nggak mau ngapelin Bang Galan?" ucap Kara santai dan itu berhasil membuat mata Shela membulat.

"Eh-eh iya iya... Mau kok, hehe...." Shela menyengir kemudian menunjukkan puppy eyes nya. "Kar, gue mau kok ke rumah lo. Udah kangen nih sama Bang Galan. Ya ya ya?"

Kara melirik Shela sinis. "Pas dengar nama Bang Galan aja cepat lo!"

"Iya dong!"

Kara memutar bola matanya malas. Namun setelahnya ia tersenyum nanar ketika pandangan menangkap seseorang.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang