Empat Puluh Tujuh

373 21 19
                                    

BAGIAN EMPAT PULUH TUJUH

"Satya!"

Yang dipanggil memilih untuk mengacuhkan panggilan itu. Kini kekesalan lah yang mendominasi dalam dirinya.

"Ih, Satya! Tungguin gue!"

Satya terus berjalan mengacuhkan gadis yang terus mengejarnya dibelakang. Hingga ia merasakan pergelangan tangannya yang dicekal, membuat dirinya berhenti melangkah dan berbalik menatap gadis itu.

"Apa?" ketus Satya sambil membuang pandangannya ke arah lain.

"Lo kenapa sih?! Lo marah sama gue?" tanya gadis itu.

"Menurut lo?" Gadis itu mengernyit bingung. Seberusaha mungkin berpikir tentang kesalahan apa yang sudah ia perbuat pada lelaki dihadapannya ini.

Melihat raut kebingungan itu, perlahan Satya menghembuskan napasnya. Ia beralih menatap mata gadis itu, namun tak urung wajahnya menampilkan raut kesal.

"Lo nggak adil." Setelah mengatakan itu, Satya kembali membuang muka.

"Nggak adil dari mananya sih?! Kalau ngomong itu nggak usah pake kode-kodean bisa? Gue bukan cewek yang pekaan."

Satya kembali menoleh sambil mendengus. Tangannya ia lipat didepan dada. "Kenapa lo manggil gue dengan sebutan nama, sedangkan Aries lo panggilin dengan embel-embel 'Kak' didepannya? Nggak adil tau nggak."

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Satya datar. Hanya itu?

"Shel, gue tau lo nggak suka sama gue. Tapi gue ini masih senior lo, lho. Gue juga pengen mendapatkan perlakuan yang teman-teman sebaya gue dapatkan dari lo." Satya menatap mata Shela lekat.

Shela menaikkan kedua alisnya. "Gue udah nyaman manggil nama lo tanpa ada embel-embel 'Kak'. Dan, siapa yang bilang gue nggak suka sama lo?"

Deg,

Satya tertegun, ia mengerjapkan matanya berulang-ulang kali berharap ia tidak salah mendengar.

Siapa bilang gue nggak suka sama lo?

Suka sama lo. Lo, lo, lo...

SHELA SUKA SAMA GUE?

Cukup lama Satya berusaha mencerna kata-kata itu diotaknya, hingga kini kedua sudut bibir lelaki itu mulai terangkat membentuk lengkungan manis dan lebar.

"Lo suka sama gue, Shel?" tanya Satya dengan tatapan berbinar, bahkan kini tangannya sudah memegang kedua bahu Shela.

Shela ikut mengerjap, sambil memandang Satya. Cukup lama ia terdiam, sebelum akhirnya sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Shela langsung menepis tangan Satya dari bahunya.

Apa yang ia katakan? Astaga, kenapa kata-kata itu harus keluar?

Shela segera mengalihkan pandangannya, pipinya kini mulai memanas. Dalam hatinya Shela merutuki kebodohan yang ia lakukan.

"Shel," panggil Satya.

"I-tu... Gu-gue cuma refleks aja ngomongnya. Lagian lo sih bikin gue kesal!" balas Shela cepat sembari menatap Satya kesal.

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya. "Itu bukan alasan. Jujur aja, lo suka kan sama gue? Hayoo ngaku."

Pipi Shela semakin memanas, seberusaha mungkin ia membuang mukanya ke arah lain. Satya yang melihat itu semakin gencar untuk melihat wajah Shela yang sudah memerah sambil terkekeh.

"Ish, Satya apaan sih! Awas!" Shela langsung pergi meninggalkan Satya.

Ditempatnya Satya terkekeh geli kemudian menyusul langkah Shela dan segera mensejajarkan langkah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang