Empat Puluh Dua

153 16 15
                                    

Heyyoo🤗

BAGIAN EMPAT PULUH DUA

Gue hancur ketika lo lebih memilih dia dari pada gue. Hati gue sakit.
Tapi gue bisa apa?

~Anggara Bracevalino~

•••

"Gue pulang sama Kak Frans. Gue juga makan bereng Kak Frans. Puas!"

Tanpa sadar tangan Anggara mulai terkepal kuat. Bahkan rahangnya mulai mengeras, menandakan emosinya yang mulai terkalut.

"Mending lo pergi! Pintu keluar ada disebelah sana," ucap Kara tanpa menatap Anggara, dengan sebelah tangannya menunjuk ke arah pintu kamarnya yang masih terbuka lebar.

Merasa tak ada sahutan, Kara menolehkan kepalanya. Seketika dahinya mengerut melihat Anggara yang hanya menunduk diam dengan kedua tangannya yang mengepal erat.

"Lo dengar kan? Pintu keluar ada disebelah sana," ulang Kara dengan nada yang sedikit keras.

Masih tak ada jawaban.

"Lo dengar nggak–" Belum selesai Kara menyelesaikan kalimatnya, mulutnya langsung terbungkam ketika Anggara mendongak dengan tatapan yang sama sekali tidak menyiratkan kelembutan.

Bahkan Kara bisa melihat wajah cowok itu yang sudah sedikit memerah. Terdengar helaan napas kasar dari mulut Anggara, sebelum akhirnya cowok itu berujar.

"Jauhin Frans."

Kara mengernyit heran. Dua kata yang sangat singkat diucapkan dengan nada suara yang terdengar begitu dingin. Apakah ini benar Anggara?

"L-lo siapa emang? Ngapain atur-atur gue?" ketus Kara tak terima.

Anggara perlahan menghela napasnya. Ia mengubah raut wajahnya, tatapannya yang dingin sedikit melembut membuat Kara terperangah sejenak.

"Jauhin Frans. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa," pinta Anggara.

"Maksudnya?" beo Kara bingung.

"Frans yang lo kenal bukan orang yang selama ini lo kira. Jadi tolong... Jauhin Frans." Anggara menatap Kara penuh harap.

Ya, Anggara mengatakan itu karena ia sudah cukup lama mengenal lelaki bermuka dua itu. Frans yang ternyata telah menanam dendam padanya sejak lama dan mendengar kedekatan Kara dengan Frans membuat Anggara takut, jika gadis yang ia cintai ternyata hanya menjadi umpan bagi Frans untuk menjatuhkannya.

"Tapi-"

"Gue harap lo bisa dengerin kata-kata gue. Tapi, apapun yang terjadi nantinya lo nggak usah takut, karena gue akan tetap ada disisi lo. Menjaga lo dari apapun itu. Gue nggak akan pernah biarin lo kenapa-kenapa," ucap Anggara penuh ketulusan sembari tersenyum hangat.

"Gue sayang lo, Kara." Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saja Anggara mendekat kan kepalanya lalu mengecup singkat kening Kara.

Cup

Tubuh Kara menegang seketika. Walaupun hanya ciuman singkat dan itu pada keningnya saja, tapi Kara bisa merasakan desiran aneh dalam dirinya. Jangan lupakan jantung Kara yang sudah berdegup tak beraturan.

Anggara sendiri juga bingung atas apa yang baru saja ia lakukan. Percaya lah, itu adalah hal yang benar-benar reflek ia lakukan. Bahkan saat itu juga Anggara sama sekali tidak sadar.

Cukup lama keduanya saling diam dengan tatapan yang tertuju entah kemana, Anggara pun berdehem canggung. Cowok itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal sambil menegakkan punggungnya.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang