Jangan lupa vote dan coment part ini ya :)
Selamat membaca ❤️
______________________
BAGIAN TIGA PULUH TIGA
"Kara, buruan elah! Lo mau telat, huh?" teriak Galan dari arah luar rumah sambil melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06.35.
"Iyaa... Sabar dulu kenapa sih, Bang!"
Galan menatap kesal ke arah gadis yang baru saja keluar dengan seragam sekolah. Ia mendelik ketika melihat gadis itu malah menampilkan deretan gigi putihnya sambil terkikik seperti nenek lampir.
"Hihi haha... Nyengir mulu!"
Kara mengerucutkan bibirnya lalu tangannya bergerak untuk mencubit lengan Galan. "Biarin, wlee.."
"Sakit Kar! Udah bikin gue nunggu lama disini, trus sekarang seenak jidat banget nyubit lengan kekar gue. Lo itu sebenarnya ngapain aja sih didalem?"
"Dandan dulu lah! Ya kali berak. Udah cantik gini juga!"
Galan mendengus lalu menaiki motor ninja miliknya yang sudah lama berdiam didalam garasi. Ya, hari ini ia memang berniat akan mengantarkan Kara ke sekolah. Karena hari ini adalah kali pertamanya ia mengantar Kara ke sekolah saat Adiknya itu sudah duduk dibangku SMA.
Setelah berada diatas motornya, Galan beralih menatap Kara. Namun, dahinya mengernyit kala melihat penampilan Kara.
"Kar sini deh!"
"Kenapa Bang?"
"Ini lo mau kesekolah atau mau jadi cabe-cabean di pengkolan sih?! Kenapa lo pake baju sama rok yang kayak gini?" Galan menunjuk Kara dari atas sampai bawah. Melihat penampilan gadis itu yang sama sekali bukan merupakan aturan yang benar menjadi seorang murid.
"Ke-kenapa emangnya?" tanya Kara sedikit gugup.
Glek!
Diam-diam Kara menelan salivanya susah payah. Kara takut, sangat takut kalau Abangnya ini akan menanyakan hal-hal yang semakin membuatnya tak bisa berkata-kata.
"Masih nanya kenapa lagi! Lo itu masih pelajar, Kara. Masa pake seragamnya kayak begini. Lo itu cewek lho, masa pake baju yang terbuka gini, mana disekolah lo kan banyak cowok gatelnya," omel Galan.
"Tapi Bang-"
"Nggak ada tapi-tapian! Gak mau tau deh gue, itu baju sama rok pokoknya harus di ganti. Kalau enggak, gue nggak mau anterin lo, kalau bisa hari ini juga lo nggak usah ke sekolah!" putus Galan tegas.
"Yes, nggak sekolah!" gumam Kara pelan, namun masih bisa didengar jelas oleh Galan.
"Ngomong apa tadi? Huh?" Kara langsung menggeleng cepat. Padahal ide Abangnya tadi cukup menarik. Sekali-sekali bolos sekolah, gapapa lah.
"Ini kenapa sih ribut-ribut? Lho, ini Kara kenapa belum berangkat juga?" Devi datang dari arah dalam setelah mendengar suara ribut kedua anaknya dari arah depan.
Keduanya sontak menoleh bersamaan ke arah Devi yang tengah berdiri sambil memegang sebuah kain panjang berwarna coklat.
"Ini lho Bun-"
"Gapapa Bun. Tadi Bang Galan cuma ngomelin Kara gara-gara Kara nggak mau pake helm. Bunda tau sendiri lah, Kara kan emang nggak suka pake helm. Takutnya ntar rambut Kara bisa bau apek," potong Kara seraya melirik-lirik takut ke arah Galan.
"Bukan itu Bun. Tadi-"
"Yaudah sih, biarin aja kalau Kara nggak mau pake helm-nya. Nanti kalau ada polisi, kamu turunin aja dia dipinggir jalan. Biar dia jalan sendiri ngelewatin polisi itu, supaya kalian nggak ditilang. Udah gitu aja ribet!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Teen FictionIni kisahnya Anggara Bracevalino yang tengah berjuang mendapatkan balasan cintanya dari seorang gadis yang bernama Karamelia Kiranti. Ini untuk pertama kalinya, ia merasakan yang namanya jatuh cinta dan juga yang namanya sebuah perjuangan cinta. Di...