Dua Belas

395 145 101
                                    

Selamat membaca 🎈


BAGIAN DUA BELAS

Kring...kring

Seruan seluruh siswa terdengar begitu jelas dari dalam setiap kelas. Bagaimana tidak, bel pulang sekolah yang sedari tadi mereka tunggu akhirnya terdengar juga. Suatu kebanggaan bisa mendengarnya bukan?

Pak Tomi, selaku guru Fisika pun mengakhiri pelajarannya. Kemudian mengucapkan salam lalu segera keluar dari kelas yang barusan ia ajarkan.

"Kar, pulang sama siapa?" tanya Katya sambil memasukkan peralatan tulisnya kedalam tas.

"Gak tau," balas Kara.

"Sama Kak Anggara lagi?" kini Shela yang bertanya. Ia sudah menyandang tasnya dan tinggal menunggu kedua sahabatnya.

"Gak mau gue! Mending naik ojek dari pada bareng sama dia!" Kara pun kemudian menyandang tasnya.

Shela dan Katya hanya mengangguk. Kemudian ketiganya segera keluar dari kelas dan menuju ke gerbang.

"Lo pulang sama siapa Kat?" tanya Kara.

Katya yang ditanya-pun entah mengapa menjadi gelagapan sendiri. "Eh sa-sama sopir gue lah! Biasa juga sama sopir gue kan!"

Kara hanya mengangguk, beda dengan Shela yang mengernyit bingung dengan tingkah Katya yang akhir-akhir ini sangat aneh. Seperti saat ditanya pulang dengan siapa, gadis itu pasti akan menjawabnya dengan gugup.

"Lo kenapa Kat?" tanya Shela curiga.

"G-gue? Kenapa? Gak kenapa-kenapa juga," balas Katya sambil berusaha menutup kegugupan nya.

"Lo kok sering banget gugup ya kalo ditanya pulang bareng siapa? Ada yang lo sembunyiin ya? Jujur lo!"

"Ih apaan sih Shel! Gue gak ada nyembunyiin apa-apa kok. Lagian gue cuma kaget aja pas Kara nanya tadi," balas Katya. Shela hanya manggut-manggut yang padahal masih menyimpan kecurigaan.

"Udah ah! Ayo buruan jalannya!" Kara menarik kedua tangan sahabatnya yang berjalan lambat dari pada dirinya.

"Eh Karamelo, jangan tarik-tarik kali! Lo kira kita berdua kambing!" ucap Katya sambil berusaha menghentikan tarikan Kara.

"Hah apa?! Kita berdua? Lo aja kali Kat. Gue mah enggak," celetuk Shela memprotes ucapan Katya barusan.

"Dasar Shelayang!"

"Eh jijik! Jangan panggil gue pake yang-yang. Lesbi tau gak!"

"Yang pala lo! Siapa juga yang manggil lo yang-yangan? Jelas gue panggil lo SHE.LA.YANG!" kara menekan suaranya di kata terakhir sedikit keras. Itu pun mengundang tatapan dari para siswa yang melewati mereka.

Mulai lagi nih dua kutu beras. Batin Kara. Ia pun hanya melihat perdebatan kedua sahabatnya itu sambil bersedekap dada.

"Ga jelas lo!"

"Lo yang ga jelas!"

"Lo!"

"Lo lah! Ngapain juga ngubah-ngubah nama gue. Padahal bokap nyokap udah bikinin nama gue bagus-bagus juga!"

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang