Sembilan

459 179 99
                                    

Vote dan commentnya jangan lupa ya❤️

BAGIAN SEMBILAN

Ingat, tujuan utama mencintai itu cuma satu yaitu supaya orang yang kita cintai bisa selalu tersenyum dan bahagia.

•••

Kata orang jika kita mempunyai keinginan maka kita harus berusaha untuk mencapainya. Tapi apa daya kita yang ketika sedang berusaha mencapainya, kita malah mendapatkan penolakan yang seakan menyuruh kita untuk mundur dan melupakan keinginan itu.

Apa kita harus menerimanya dan menyerah begitu saja?

Apakah pergi dan meninggalkan keinginan itu menjadi sebuah angan adalah jalan yang terbaik?

Anggara sama sekali tak menginginkan hal itu. Ia sama sekali tak berniat mundur dari keinginannya, yang ingin membuat gadis yang ia cintai membalas perasaannya.

Tidak! Anggara tidak bermaksud memaksa perasaan seseorang. Tapi ia hanya ingin mencoba berusaha meruntuhkan tembok batu dalam hati gadis itu. Dan perlahan-lahan Anggara akan berusaha membuat gadis yang ia cintai merasa nyaman jika berada didekat dirinya.

Tapi apakah itu masih berlaku? Disaat ia malah mendapatkan penolakan atas usahanya bahkan itu berasal dari gadis yang sekarang tengah memenuhi pikirannya.

Flashback on!

Anggara pun maju dan langsung mendekap tubuh Kara yang bergetar. "Gue, sayang lo Kara."

Kara terdiam dengan tangis yang masih terdengar. Ia sama sekali tak berniat membalas pelukan itu.

Sampai akhirnya, gadis itu melepaskan pelukan dari Anggara. Ia menyeka air matanya secara kasar kemudian menatap cowok itu dengan tatapan sendunya.

Anggara pun membalas tatapan itu. "Apa yang harus gue lakuin supaya lo bisa maafin gue?"

"Lo mau gue maafin, Kak?" tanya gadis itu sambil masih menatap sepasang bola mata berwarna hitam kecoklatan milik cowok itu.

Anggara mengangguk cepat. Apapun akan ia lakukan supaya gadis didepannya ini bisa memaafkan dirinya. Dan pada akhirnya semuanya bisa kembali dengan lancar. Semoga.

Anggara masih setia menunggu jawaban dari Kara. Sampai akhirnya Kara pun mulai membuka suaranya...

"Gue mau lo batalin perjodohan itu, dan setelah itu jauhi gue, anggap kita nggak pernah kenal dan tidak akan pernah."

Flashback off!

"Gue harus apa? Kenapa mencintai seseorang itu harus serumit ini sih." Lirihnya lalu memejamkan matanya.

Apakah cinta memang ditakdirkan untuk serumit ini? Anggara sama sekali tidak mengerti.

Jujur, ini adalah kali pertama ia jatuh cinta bahkan pada pandangan pertama. Walaupun banyak gadis cantik diluaran sana tergila-gila dengannya, tapi satupun tidak ada yang bisa mengisi hatinya.

Ia baru sadar begini rasanya menerima penolakan. Apa ini adalah karma bahwa ia dulu sering menolak cinta para perempuan yang dengan beraninya menyatakan perasaan mereka padanya? Tapi apakah salah jika ia menolak perempuan-perempuan itu karena ia sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama? Bukannya sebuah hubungan itu akan terjalin jika adanya cinta.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang