Sepuluh

449 166 78
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya ya gaes. Kalau ada typo kasih tau ya:)
Selamat membaca❤️

BAGIAN SEPULUH

"BANG GALAN!!! LO APA KABAR, GUE KANGEN HUAAA!"

Kamar bernuansa hijau-kuning itu yang tadinya hanya berisi alunan musik pop, kini telah terisi dengan teriakan dari seorang gadis yang merupakan pemilik kamar.

Gadis yang memakai seragam sekolah itu tampak sangat antusias berhadapan dengan ponsel miliknya, yang menampilkan wajah seorang cowok diseberang sana. Senyuman penuh kebahagiaannya tak pernah henti ia tunjukkan.

"Lo kok tambah kurusan bang? Pipi lo tirus gitu. Gimana disana, enak nggak? Lo udah punya cewe belom? Cowok disana ganteng gak Bang? Bawa satu dong buat gue. Gue kan--"

"Udah kali Dek! Lo nanya atau lagi latihan baca cepat?! Baru juga gue nongol udah ditimpuk aja sama tuh pertanyaan!"

Gadis itu hanya menyengir. Kapan lagi ia bisa seperti ini pada Kakak laki-lakinya, mengingat Kakaknya itu sudah tinggal beda negara dengannya.

Sebenarnya tadi ia hanya iseng menekan panggilan videocall pada sang Kakak walaupun perkiraannya pasti Kakaknya itu tak akan menjawabnya karena sudah tidur, mengingat perbedaan waktu Indonesia-London. Tapi ternyata keberuntungan berpihak padanya, tiba-tiba saja dibalik layar ponselnya terdapat wajah berantakan milik seorang cowok yang pasti adalah Kakaknya.

"Apa kabar Bang? Dedek Kara kangen banget sama Abang Galan." ucap Kara dengan memayunkan bibirnya manja.

"I'm fine, here it turns out to be quite fun." balas cowok yang ada diseberang sana.

Kara melongo mendengar jawaban itu. "Dasar lo! Mentang-mentang tinggal di London, lo malah sok-sokan pake bahasa Inggris! Lupa kan sama bahasa kampung sendiri!"

"Iya, iya... Serah lo mau ngomong apaan Dek! Yaudah, kalian apa kabar?" tanya Galan sedikit jengkel.

Senyum Kara tercetak sangat lebar. "Gue baik, Bunda sama Ayah juga baik."

"Bagus deh..." Galan tersenyum hangat. Jujur, ia sangat rindu dengan rumahnya, rindu dengan negara asalnya, rindu orangtuanya, dan yang lebih penting adalah ia rindu dengan Kara, adik kesayangannya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik.

"Bang, disana jam berapa? Disini jam 06.15." Kara menunjukkan jam pada dinding kamarnya ke arah ponselnya.

"Hoamm.... Disini jam sebelas malam-an Dek. Lo gak sekolah?" tanya Galan.

"Ini gue mau sekolah. Tadinya gue cuma iseng doang tapi ternyata keberuntungan lagi sama gue. Hehe..."

"Yaelah. Tau gak, tadi tuh gue mau tidur. Trus Hp gue bergetar, kiranya lo pelakunya. Kalau tau lo yang nelpon, gue gak bakalan angkat kali! Hoamm..." Galan kembali menguap.

"Ihhh... Dasar lo bang! Gak kangen apa sama gue? Lagian ngapain gak liat dulu siapa yang nelpon? Kebiasaan pasti lo kan disana main ngangkat sembarang tanpa liat siapa yang nelpon. Ditelpon sama si kunti baru tau rasa lo Bang!"

"Lah, gue kan bilang gue tadi mau tidur Kara. Mata gue juga tadi udah merem jadi gak keliatan deh! Lagian lo juga, videocall malam-malam. Kan jadinya gue videocall sama Kuntilanak." ketus Galan sambil sesekali memejamkan matanya menahan ngantuk.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang