Chapter 16

872 22 4
                                    

Tiada hal lain yang bisa ku lakukan selain menunggu.

***

Elise memasuki kelasnya dengan lesuh, masalah dengan kakaknya yang meruntuhkan semangatnya untuk bersekolah. Kakaknya yang menyebalkan memang perubah segalanya, mood nya turun dari semalam karena kakaknya itu.

Elise mendengus kesal, "Huh! Ngeselin banget si tuh orang, kenapa dia bisa jadi kakak gue?"

Elise teringat pada kakaknya, Rendy. Biasanya hanya ia yang mampu menaikan mood nya ketika Mike berhasil meruntuhkan mood nya yang bagus itu. Tapi kini? Mana superhero yang suka Elise banggakan? Mengapa bisa secepat ini ia meninggalkannya? Apakah dirinya tidak mengetahui, jika Elise sangat membutuhkannya sekarang?

Tak terasa buliran air membasahi pipinya yang halus nan lembut itu, ia paling lemah jika harus mengingat kakaknya yang sudah tenang di alamnya.

"Eh Lis, lo kenapa?" tanya Dina pada sahabatnya itu dengan terheran heran.

"Eh, gapapa kok." Elise langsung menghapus air matanya.

"Kenapa? Ada masalah? Sama siapa? Si bejat Ray itu?" tanya Dina, sahabatnya itu memang paling anti jika Elise tersakiti.

"Bukan," jawabnya singkat.

"Terus sama siapa? Kak Aryan?"

"Bukan juga."

"Terus sama siapa dong?"

"Kak Mike, gue kesel sama kak Mike. Kenapa disaat gue lagi terbang sama kak Arsyan, dia malah ngehancurin semuanya. Dengan sifat dia yang protectife nya itu bikin gue jadi ngerasa terkekang Din, hiks," ucap Elise  sembari mengusap air matanya yang makin membanjiri pipinya.

"Gue kangen kak Rendy, hiks." pipinya kini banjir dengan air matanya, lagi.

"Lis, udah ah. Gue tau kehilangan keluarga itu berat, apalagi orang yang udah ada setiap lo butuhin."

"Kenapa kak Rendy ninggalin gue secepet itu Din? Kenapa? Hiks."

"Namanya juga takdir Lis, kita gak ada yang tau soal takdir. Apalagi ngetubahnya, tugas kita tuh cuma nerima apa yang takdir katakan."

"Tapi kenapa harus secepet itu? Hiks."

Dina menghapus air mata Elise dengan kedua tangannya, "Udah gak usah nangis, gue tau ini berat buat lo jalanin. Tapi dengan cara lo yang kayak gini tu bikin kak Rendy sedih. Dan sekarang lo senyum dong."

Elise menyunggingkan sudut bibirnya, senyumannya kini tercetak indah. Tangisan kesedihannya telah hilang, tergantikan dengan senyuman yang indah.

***

Bel istirahat telah berbunyi, tanda siswa di perbolehkan istirahat. Siswa maupun siswi langsung berhamburan menuju kantin, tapi tidak dengan Elise dan Dina. Mereka hanya duduk berdua di kelas, hanya untuk sekadar memakan bekal yang Dina bawa atau tertawa ria mendengarkan cerita Dina yang membuat Elise tertawa geli.

"Hai Lis," sapa seseorang.

"Eh, hai kak. Tumben kesini? Ada apa?" jawab Elise.

"Uhm, gue mau minta maaf soal semalem."

"Ya ampun kak, kenapa kakak harus minta maaf? Kakak ada salah apa sama Elise?"

"Karena gue mulangin lo terlalu malem, lo jadi di omelin sama kakak lo."

"Oh itu, dia mah emang alay."

"Tapi Lis di-" ucapan Arsyan terpotong.

"Elise benci kak Mike, Elise gak suka kak Mike yang terlalu protectife kayak gitu. Elise kangen kak Rendy, Elise kangen kak Rendy!" tangis Elise pecah lagi, kini air matanya semakin deras. Ia masih tak menyangka jika kakaknya Rendy, bisa secepat itu meninggalkan Elise. Meskipun sudah bertahun tahun lamanya, tetap saja Elise masih menganggap kakaknya itu selalu ada di sampingnya.

Arsyan mengelus-elus punggung Elise, "Udah Lis, ikhlasin. Kakak lo gak bakal tenang kalo lo terus terusan begini. Kak Mike begitu juga karena dia sayang sama lo kok, dia juga gak mau harus kehilangan orang yang dia sayang untuk yang kedua kalinya Lis. Lo itu satu satunya permata indah yang sekarang kak Mike milikin, setelah mutiaranya hilang karena takdir."

Ucapan Arsyan ada benarnya,  Mike pun juga merasakan apa yang ia rasakan. Kehilangan orang yang amat di sayangi. Arsyan benar, jika Mike seperti itu karena ia sangat menyayangi Elise.

Elise terdiam dalam tangisnya, kini ia sudah mengerti. Mungkin selama ini dirinya lah yang terlalu egois, tak pernah mementikangkan rasa kekhawatiran seseorang demi kemauan dan kebebasan dirinya sendiri. Ia sudah mengerti, bahwa posisi Mike dengan dirinya sama. Sama sama kehilangan orang yang amat mereka cintai. Elise kini mengerti, selama ini kakaknya bersifat over protectife karena kakaknya tak mau kehilangan dirinya. Ya kehilangan orang yang ia sayangi, memang mengikhlaskan orang yang kita sayangi begitu sulit. Apalagi anggota kelurga kita sendiri, sungguh menyakitkan.

ADUDUDUDUDUDU, MOODQ UNTUK MENULIS LAGI BAGUS. DOAKAN SEPERTI INI HINGGA SETERUSNYA WHEHEHEHE.

Makasi semua yang udah baca ceritaku yang sangat sangat absurd seperti authornya ;)

Hope u like it
Salam, gadis senja

My Possessive CloseFriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang