Chapter 17

824 22 2
                                    

Aku menunggumu tiada henti, sampai ku tahu perasaanmu telah mati.
***

Bel sekolah sudah berbunyi, tanda seluruh siswa maupun siswi di perbolehkan pulang. Koridor pun langsung ramai dengan para siswa yang berhamburan menuju gerbang sekolah, begitu pun Elise.

"Hei Lis," sapa Galang, ketua OSIS di sekolahnya. Galang dan Arsyan dulu berteman baik, sampai akhirnya Galang mengkhianati Arsyan. Bahkan pernah mereka sampai beradu jotos karena hal itu, hingga seluruh penjuru sekolah tahu masalah itu. Galang dan Arsyan mempunyai kedudukan yang sama, Arsyan sebagai kapten basket sedangkan Galang sebagai ketua OSIS. Sementara untuk prestasi Arsyan dan Galang pun selalu unggul, hanya saja Galang kurang selangkah lebih maju untuk men-sejajarkan atau bahkan melebihi kedudukannya dengan Arsyan di sekolah.

"Eh, hai kak. Baru keliatan lagi nih, abis dari kemana?"

"Iya nih, kemarin abis jenguk Opah di Amerika."

Elise mengangguk, "Ohh, gitu."

"Oiya Lis, aku mau ngadain rapat OSIS nih buat acara regenerasi jabatan ketua osis. Aku kan dikit lagi juga udah lulus, bisa bantu aku buat acara ini ga?

"Uhm, kapan tuh kak kira kira?"

"Sekitar tujuh bulanan lagi."

"Oh, masih lama ya. Nanti aku usahain deh."

"Tapi besok aku mau kita rapat soal ini ya," ucap Galang.

"Uhm, okedeh."

Tiba tiba ada yang menarik tangan Elise, yang taj lain dan tak bukan adalah Arsyan.

"Ga, enggak bisa. Besok dia mau jalan sama gue," ucap Arsyan dengan dingin.

"Wets, enggak bisa dong. Dia juga udah mau kok, kenapa lo yang ribet? Emang lo siapanya?" ucap Galang.

Sial! Umpat Arsyan.

"Yaudah, besok pulang sekolah gue jemput lo ke kelas. Nanti kita rapat di cafe deket taman kota aja, see u Lis." Galang melenggang pergi.

Arsyan menatap Elise dengan dingin, sifat dinginnya yang ia tunjukan kepada orang - orang kini ia tunjukan ke Elise. Untuk pertama kalinya Elise mendapatkan sifat sekaligus tatapan dingin dari Arsyan, mungkin sebab hal tadi.

"Uhm... Elise duluan ya kak," ucap Elise yang ingin melenggang pergi, namun masih sempat dicekal dengan Arsyan.

"Pulang bareng gue."

Elise dan Arsyan pun pergi menuju parkiran motor, dan langsung melaju. Sepanjang perjalanan tak ada yang ingin membuka suaranya, ego mereka masing masing yang membuat suasana semakin canggung.

***

Mereka sudah sampai di rumah Elise, rumahnya kini begitu sepi. Mungkin kakaknya belum pulang dari kampus, hingga hanya ada dirinya dan pembantu rumah tangganya yang ada di rumahnya kini.

"Duluan," ucap Arsyan.

"Iya kak, makasih. Hati-hati kak." Elise langsung memasuki rumahnya. Setelah itu berganti baju, serta dilanjut untuk tidur siang. Runtuhnya mood Arsyan tertular pada Elise, kini moodnya sedang tidak bagus karena kedua lelaki yang ada dikehidupannya. Arsyan dan Mike, merekalah yang sukses membuat suasana hati Elise tidak sebagus biasanya.

"Kenapa hari ini pada ngeselin semua sih." Elise mendengus kemudian membaringkan tubuhnya ke kasur, lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Tak lama Elise tertidur pulas.

***

Jam menunjukan pukul setengah tujuh malam, Elise baru saja terbangun dari tidurnya. Elise berniat untuk pergi ke dapur, untuk mengambil makanan karena kini perutnya terasa lapar. Rumahnya kini sepi, kakaknya belum juga pulang dari kampusnya. Padahal biasanya ia pulang jam setengah tiga sore, tapi kini? Kemana dirinya?. Sejujurnya, Elise merasa kesepian tidak ada Mike disisinya. Baru saja Elise ingin beranjak pergi kedapur, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.

Betapa terkejutnya Elise mendapatkan pesan dari nomor yang tak dikenal, badannya bergetar dan dengan cepat ia menutup serta mengunci pintu kamarnya. Jalan satu-satunya kini adalah menghubungi Mike, dengan cepat ia membuka kontak Mike di Line.

Kak Mike

Kaakk

Cepet pulang

Gue takut

Gue diteror

Kaak

Pulaang 😭😭😭

Hah? Diteror?

Gue pulang sekarang

*read*

Tak beberapa lama ada yang mengetuk pintu kamar Elise dari luar.

"Lis buka Lis, ini gue," ucap Mike dari luar pintu.

Elise langsung membukakan pintu kamarnya, dan langsung memeluk Mike. Tangisnya kini pecah, badannya bergetar hebat.

"Kak... Gue takut... Hiks... Hiks..." ucap Elise sambil menangis.

"Lo diteror ama siapa?" tanya Mike.

"Ini kak." menyodorkan ponselnya pada Mike.

Cewek bejat, gatau diri, besok malem temuin gue di bukit kota bangsat. Kalo enggak, nyawa lo abis ama gue. Jangan bawa siapapun!

Siapa yang berani-beraninya meneror adiknya ini? Tanpa pikir panjang Mike langsung menekan tombol panggilan, dan tak lama diangkat.

"Apa apaan lo neror adek gue bangsat," ucap Mike

Hanya ada suara orang tertawa dari sebrang sana.

"Sampe lo berani apa-apain adek gue, mati lo." Mike langsung menutup teleponnya.

"Makasih kak," ucap Elise.

"Untuk?"

"Lo udah mau ngelindungin gue."

Mike menarik Elise dalam pelukannya, "Itu emang udah jadi kewajiban gue sebagai kakak, maafin gue terlalu protective sama lo."

"Lo ga salah kak, gue yang salah. Gue egois, sampe gue ga perduli sama ke khawatiran lo."

"Udah, enggak usah nyalahin diri sendiri. Pokoknya gue mau, kita ga diem-diem an lagi. Janji?" Ucap Mike.

Elise mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Mike, "Janji."

Alohaaaa, balik lagi. Moodku balik lagi, yeeeyyy 😘

My Possessive CloseFriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang