Hanya ada dua pilihan, berhenti atau terus berlari.
***Jam pelajaran pertama adalah Ekonomi, pelajaran yang paling Elise benci setelah Matematika. Ia lebih baik menghafal setumpuk buku, dari pada harus menghitung satu lembar soal matematika atau ekonomi beranak.
Ia menguap berkali-kali, pelajaran Ekonomi sangat membosankan menurutnya. Jika ada Arsyan, ia pasti sudah meminta Arsyan untuk mengerjakan soalnya.
"Din, anterin gue ke kamar mandi, yuk." ajak Elise pada Dina yang tengah asik dengan soalnya.
"Yah, lo sendiri aja deh, ya. Kalo ini udah selesai, gue kasih contekan buat lo." Dina seraya menunjuk bukunya menggunakan pulpen.
"Yaudah, deh. Gue ke kamar mandi, ya."
Elise menyusuri koridor untuk pergi menuju kamar mandi, suasana koridor di lantai 2 nampak sepi, mungkin sebab kegiatan belajar mengajar masih berjalan. Berbeda dengan koridor di lantai tiga juga rooftop, banyak anak kelas 12 yang berada di luar kelas. Ada yang duduk di atas meja piket sambil bermain gitar, ada yang mejeng dengan make up nya yang menor, ada pula yang sedang bermain kuda reot. Semua penampakan itu terlihat jelas dari koridor bawah lantai 1 dan 2.
Tak banyak siswa kelas 10 maupun 11 yang berani naik ke lantai 3 maupun rooftop selain kepentingan bersama guru, sekolahnya memang terkenal sekolah paling senioritas. Dimana adik kelas selalu disalahkan.
Elise memasuki kamar mandi, lalu ia memilih bilik pertama. Tiba-tiba, ada siswa lain yang baru saja memasuki kamar mandi.
"Eh, denger-denger si Farisha mau balik sekolah di sini lagi."
"Hah? Serius? Farisha yang mantannya Arsyan? Yang cantik itu, kan?"
"Iya."
"Trus gimana tuh ya si Elise? Kira-kira bakal diputusin ga, ya?"
"Kalo gue jadi Arsyan sih, gue mutusin Elise trus balikan sama Farisha. Jelas, Farisha cantik, pinter, baik lagi."
"Hahaha, udah ayok balik ke kelas."
Elise keluar dari bilik kamar mandi setelah 2 orang tersebut sudah keluar, ingat jelas pendengarannya tadi mengenai gadis yang bernama Farisha yang akan pindah lagi ke sekolahnya.
"Setelah Tasya, sekarang Farisha gitu?" Elise menggerutu lalu pergi keluar untuk kembali ke kelasnya.
***
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 25 menit yang lalu, kini Elise tengah bersama Arsyan. Sedangankan Dina sedang bersama Edward di perpustakaan untuk mengembalikan buku yang Dina pinjam. Kini mood Elise sangsung tidak bagus mendengar percakapan 2 orang kakak kelasnya.
"Kenapa, sih? Diem aja, uhm?" tanya Arsyan yang sedari tadi melihat kekasihnya diam.
"Enggak apa-apa."
"Itu nasinya dimana, dong." Arsyan mengambil piring yang berisi nasi goreng itu.
"Sini aku suapin, ya?"
"Enggak mau makan," jawab Elise yang sedang bertumpu dagu.
"Kenapa?"
"Enggak apa-apa," jawab Elise sekenannya.
Arsyan melihat raut wajah Elise, lalu ia menghembuskan napasnya.
"Kenapa? Tau soal Farisha yang mau pindah ke sini?" duga Arsyan, secepat itukah berita akan beredar?
Elise tak menjawab, ia malah memalmingkan wajahnya dengan tangan yang masih menjadi tumpuan dagunya.
"Masih enggak percaya sama omongan aku?" tanya Arsyan.
"Bukannya enggak percaya."
"Terus? Enggak yakin?" sela Arsyan.
Ia menghembuskan napasnya untuk yang kesekian kalinya.
"Lis, aku kan udah bilang. Apa enggak cukup? Kamu butuh bukti? Iya? Nanti aku buktiin."
***
Arsyan kini tengah berada di rooftop rumahnya, ia tak mengerti mengapa Farisha bisa kembali lagi di dunianya. Ia baru saja benar-benar melupakan sosok Farisha yang dulu sempat selalu menghantui pikirannya, namun kini sosok itu justru malah hadir kembali di kehidupan Arsyan, bahkan setelah Elise berhasil membuat dunia Arsyan jauh lebih indah dari sebelumnya. Ya, saat Farisha menjatuhkannya di atas keterpurukan.
Ia meneguk minuman kaleng yang ia ambil dari kulkas, ini sudah kaleng ke tujuh ia minum. Ia tak peduli apa yang terjadi selanjutnya, yang ia inginkan adalah membuat Farisha jauh kembali dari kehidupannya dan membuat Elise mempercayainya bahwa ucapannya benar adanya.
Tiba-tiba, Arsyan merasakan sakit yang luar biasa di bagian palanya. Hal ini selalu terjadi jika ia sedang terlalu memikirkan sesuatu, hal seperti itu sudah berlaku di dirinya sejak ia masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
Arsyan langsung pergi menuruni anak tangga untuk menuju kamarnya, sudah seharusnya ia istirahat dan melupakan sejenak tentang masalahnya.
Disisi lain, ada Elise yang tengah berdiri di balkon kamarnya, ia masih memikirkan aoa yang terjadi selanjutnya. Bukan, bukan Elise tidak percaya dengan perkataan Arsyan, ia hanya takut jika Farisha benar-benar menyingkirkan posisinya di kehidupan Arsyan. Perlu digaris bawahi, bahwa Arsyan hanya untuk dirinya seorang.
Tiba-tiba, ada yang membuka knop pintu kamarnya. Yang tak lain adalah kakaknya.
"Lis? Belum tidur?" tanya Mike seraya menghampiri Elise yang tengah berdiri di balkon kamarnya.
"Belum."
"Kenapa? Lo ada masalah sama Arsyan?x" tanya Mike lalu merangkulnya.
"Mantannya Arsyan mau pindah lagi ke sekolahan gue."
"Terus? Lo takut kalah saing?"
Elise tertunduk, benar, memang benar apa yang dikatakan Mike. Benar, ia takut jika ia kalah dari Farisha dan kehilangan Arsyan. Ia takut jika Farisha berhasil merebut Arsyan dari nya.
"Yaela, Lis. Lo juga harus percaya sama Arsyan, buat apa lo mengikat hubungan tapi lo sendiri belum bisa sepenuhnya percaya sama Arsyan. Selagi Arsyan yakin dan menjamin, kenapa harus takut?"
"Lo enggak boleh lemah, justru lo harus tunjukin kalo lo bisa pertahanin hubungan lo sama Arsyan depan orang-orang yang ga setuju sama hubungan lo."
Elise menaikan sebelah alisnya, "Dari mana lo tau? Kalo hubungan gue sama Arsyan banyak yang enggak suka?"
"Arsyan ganteng kayak gitu enggak mungkin enggak terkenal." Mike tertawa meremeh.
"Ya... Walaupun masih gantengan gue, sih."
Elise mendecih, kakaknya yang satu ini tidak pernah tidak over pede tiap harinya. Ini Elise sebut dengan sebutan penyakit. Seperti yang bisa dilihat, Mike kambuh dengan penyakitnya.
Namun, semua yang Mike katakan benar. Benar jika untuk apa ia mengikat hubungan dengan Arsyan, jika ia sendiri belum sepenuhnya bisa percaya.
ENJOY WITH MY STORY!
MAKASIH YANG UDAH BACA
MAAV YA KALO GA JELAS :(
Maaf juga kalo ada typo dan segala macam lainnya! ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/173342622-288-k824347.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive CloseFriend [COMPLETED]
Ficção Adolescentegadissnj©copyright2019 ***WARNING!! Terdapat bahasa kasar, harap bijak dalam membaca*** -FIRST STORY BY ME, MAAF BILA ADA SALAH KATA MAUPUN TANDA BACA- Lelaki berdarah Australia-Indonesia itu mempunyai sikap cuek nan dingin, namun sikap itu tak memb...