Chapter 40

825 20 1
                                    


Kata maaf tak akan pernah cukup untuk merubah semuanya menjadi sedia kala.
***

"Kamu enggak apa-apa emang?" tanya Elise saat Arsyan yang memaksanya untuk diantarkan ke makam kakaknya.

"Justru aku yang bilang, kamu enggak keberatan, kan?" Arsyan tersenyum lalu mengusap puncak kepala Elise.

"Enggak, tapi bener kamu enggak apa-apa?"

"Iya, Elise."

"Jangan bohong lagi! Aku enggak suka, ya."

Arsyan terkekeh melihat tingkah Elise yang menggemaskan, "Iya, Sayang."

Akhirnya, mereka pun pergi menuju ke makan mendiang Rendy. Karena Arsyan memaksa agar Elise mengantarnya ke sana.

"Halo, Kakak! Sekarang pangeran Elise udah sembuh, loh! Dia maksa Elise buat ke sini, namanya Arsyan, Kak. Dia tuh idola semua murid di sekoah aku, keren gak? Elise bisa pacaran sama artis sekolah? Kalo udah marah, dingin, trus cuek, sombong, irit ngomong kalo sama orang, ngeselin juga! Suka ngeledekin Elise pas Elise lagi blushing, padahal kan Elise blushing gara-gara dia!" oceh Elise saat mengingat semua sifat Arsyan. Arsyan terkekeh, seketika melintas semua tentang kenangan dia, ibunya dengan, Keisya.

Arsyan ikut berjongkok bersama Elise, "Hai, Bang. Gue Arsyan, adek lo sekarang udah gede, cantik lagi. Tapi sayang, keras kepala, ceroboh, cengeng, padahal udah gede."

"Ih, aku enggak cengeng, ya! Enak aja!" protes Elise.

"Trus, apa?"

"Gampang nangis, karena aku anak sosial yang masih punya hati!" jawabnya dengan angkuh.

"Berarti aku yang anak IPA enggak punya hati, dong?"

"Bukan aku yang ngomong."

Arsyan terkekeh saat melihat Elise yang tengah sibuk menebarkan bunga melati yang tadi mereka beli, tertanam rasa bahagia yang tampak pada wajah cantiknya.

Arsyan membungkuk, dan ikut serta menebarkan bunga melati. Elise yang melihat Arsyan ikut menebarkan bunga menggeser sedikit agar Arsyan bisa menebarkan bunga secara bebas.

Elise tersenyum, melihat wajah Arsyan yang teramat tampan. Di sisi lain, ia masih tak percaya jika Arsyan bisa menjadi kekasihnya. Banyak suka duka yang ia lewati bersama Arsyan sejak kali pertama mereka bertemu.

"Enggak usah ngeliatin, aku tau aku ganteng. Kamu enggak mimpi kalo sekarang aku udah jadi pacar kamu," ucap Arsyan yang melirik ke arah Elise.

"Arsyan! Kebiasaan kan suka masuk ke dalem pikiran orang! Pamali!!"

"Mana aku tau, itu spontan," jawab Arsyan acuh lalu kembali menaburkan bunga.

"Ngeselin!"

"Dah, cantik."

Wajah Elise memerah, namun seketika berubah menjadi rasa malu. Pasalnya, Arsyan bicara seperti itu karena dia sudah selesai menebarkan bunga, bukan memuji dirinya.

"Enggak usah kepedean makanya," ucap Arsyan santai sambil menahan gelak tawanya.

"Arsyan, ih!"

"Ayuk, pulang. Udah rapih, nih."

Elise mengangguk lalu berjongkok, "Kakak, Elise pulang dulu, ya. Jangan lupa mampir ke mimpi Elise, Kak!

"Dah! See you next time, Elise sayang Kak Ren!" ucapnya lalu berdiri.

"Yuk!"

***

"Mau kemana?" tanya Arsyan, saat ini mereka sudah berada di dalam mobil.

My Possessive CloseFriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang