Chapter 23

712 21 1
                                    

***
Jangan terlalu cepat, itu akan membuatmu jatuh dan terluka.
***

Sudah lima hari Arsyan berada di rumah sakit, dan kini ia akan pulang. Luka lebam yang ada diwajahnya kini sudah membaik, bahkan sudah tidak ada. Tak lupa juga pada Elise yang selalu setia menungggunya, disana pun juga ada Mike.

"Ini barang-barangnya udah masuk semua, kan?" tanya Elise.

"Udah kok." Arsyan yang semula berbaring kini merubah posisinya menjadi duduk.

Tak lama Mike datang membawa kursi roda, untuk dibawa nanti.

"Makasih ya, Lis, Bang. Gue jadi ngerepotin gini," ucap Arsyan.

Mike memukul pelan pundak Arsyan, "Santai kali Syan, hitung-hitung buat ngejenguk. Dari kemarin sibuk jadi panitia festival di kampus, Elise aja sampe gue bawa ke rapat panitia."

Mereka bertiga beranjak pergi dan bergegas pulang, semetara Edward masih sibuk dengan surat pindah sekolahnya.

Mereka telah sampai di rumah Arsyan, Mike sempat melongo dengan rumah besar namun tak banyak dihuni. Hanya ada dua asisten rumah tangga, satu tukang kebun, satu supir, dan Arsyan serta Edward. Dimana orang tua Arsyan? Mengapa sedari tadi yang menyambut hanya asisten rumah tangganya? Pertanyaan itu terus terbesit dipikiran Mike

Mereka memasuki rumah Arsyan, dan langsung menuju kamar Arsyan yang ada di lantai dua.

"Gue balik duluan ya. Lo mau disini dulu atau ikut gue, Lis?" tanya Mike.

"Lo pulang aja, gue disini udah ada Bibi kok. Sekarang lo yang harus istirahat, besokkan masih sekolah." Arsyan menyuruhnya pulang. Bukan, bukan karena ia tak suka Elise berlama-lama, tapi karena ia tak ingin merepotkannya lagi.

"Uhm, yaudah deh. Obatnya jangan lupa diminum, istirahat jangan kebanyakan mikir. Jaga kesehatan, awas aja nanti malah makin parah." Sebenernya Elise tak rela jika harus meninggalkan Arsyan sendirian.

"Iya Elise, iya." Arsyan tersenyum.

Tak lama dari itu, Edward datang. Ia tampak lelah, mungkin karena sibuk mengurusi surat pindahannya. Edward dulu tunggal di Canada bersama orang tuanya, sesekali ia ke Indonesia untuk menemani Arsyan. Tapi kini, ia memutuskan tinggal di Indonesia bersama Arsyan, dan berniat untuk bisa satu sekolah dengannya. Ya, walaupun sebentar lagi masanya ia menjadi siswa akan tersingkirkan dengan mahasiswa, setidaknya ia bisa merasakan bagaimana masa SMA di Indonesia.

"Udah pulang lo," ucap Arsyan yang melihat sepupunya itu baru saja duduk di sofa kamarnya.

"Sekolahan lo ribet juga ya ternyata." Edward hanya menghembuskan napasnya. Edward fasih dalam bahasa Indonesia, sebab dulu ia sempat tinggal di Indonesia sebab ayahnya ada kedutaan di Indonesia.

"Ya lagian, siapa suruh pindah baru sekarang."

"Eh, ngomong-ngomong, si Alis-Alis itu pacar lo?" tanya Edward yang merubah posisinya di ranjang Arsyan.

"Elise anjir namanya." Ingin sekali Arsyan menjedotkan kepala sepupunya, seenaknya mengganti-ganti nama orang.

"Eh iya, itu maksud gue." Edward menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

My Possessive CloseFriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang