Chapter 25

754 14 0
                                    

***
Jenuh bukanlah alasan untuk menjauh.
***

Nb: Maap yaa, kalau bagian ini agak alay. Atau emang semua bagian alay? Hehe.

Elise kini tengah duduk di depan teras rumahnya sembari menatap arloji yang melingkar cantik di pergelangan tangannya, ia sedang menunggu Arsyan untuk menjemputnya. Diraih tas ranselnya yang berada di atas meja, kemudian ia mencari ponselnya untuk menghubungi Arsyan.

Elise Clara: Syan, dimana?

Baru saja Elise mengirim pesan tersebut, namun tak lama Arsyan datang untuk menjemputnya. Sebuah motor ninja berhenti di depan rumahnya, yang tak lain adalah Arsyan.

Arsyan membuka helm-nya dan tersenyum, "Pagi, Lis." ya, senyuman itulah yang memberi kenyamanan tersendiri bagi Elise.

"Hai, pagi juga. Baru aja aku nge-chat kamu, eh kamunya udah dateng duluan," ucapnya seraya tersenyum. Senyumannya yang membuat Arsyan luluh serta jatuh hati padanya, tak lupa juga dengan mata cokelatnya yang menghangatkan.

"Yaudah, yuk. Berangkat," ucap Arsyan lalu mengulurkan tangannya.

Arsyan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, tak butuh waktu lama mereka telah sampai di sekolah.

Arsyan memarkirkan motornya, "Nanti istirahat bareng aku, ya."

"Okedeh."

*****

Bel istirahat telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Elise kini sedang berada di perpustakaan untuk mengembalikan novel yang ia pinjam. Ketika Elise tengah mencari-cari novel yang ia inginkan, tiba-tiba ada yang memanggilnya.

"Eh, Elise," panggil seseorang dari belakang.

Sontak Elise yang merasa namanya terpanggil langsung menoleh ke belakang, terkejut sekaligus heran ketika Elise mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Lo kenal gue, kan?" tanya Tasya, ya, yang memanggilnya tadi adalah Tasya. Ia tak sendiri, melainkan bersama teman-temannya.

"I-iya? Kenapa, ya?" Elise mengernyitkan. Untuk apa Tasya memanggilnya? Padahal sebelumnya mereka tidak pernah bertegur sapa.

"Pulang sekolah, ke rooftop. Inget, sendiri." ucapnya kemudian melenggang pergi.

Banyak pikiran negatif yang seketika memutari isi kepalanya, mengapa Tasya menyuruh ia pergi ke rooftop? Apakah ia ingin meminta maaf atas semua kesalahannya? Namun, jika dipikir-pikir juga Tasya tak pernah melakukan kesalahan dengannya.

Sesegera mungkin ia buang jauh-jauh pikiran negatif yang membuatnya tak karuan, ia langsung menuju kantin untuk menemui kekasihnya juga sahabatnya.

"Hei, lama banget si ke perpus doang. Ngapain?" tanya Arsyan.

"Balikin novel yang aku pinjem." kedua sisi sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Terus, ini novel siapa lagi?" Arsyan mengambil novel yang tadi Elise letakan diatas meja.

"Minjem lagi," ucap Elise dengan cengirannya.

Arsyan terkekeh, "Kamu mau makan apa?"

"Oiya, nih aku bawa makanan. Buatan aku, belum pernah nyobain nasi goreng buatan aku, kan?" Elise menyodorkan kotak makannya.

Arsyan membukanya lalu mencicipinya, siapa sangka jika nasi goreng buatan Elise sama persis dengan buatan Mamanya. Suapan pertama telah melewati kerongkongannya, rasanya lezat.

My Possessive CloseFriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang