Chapter 35

769 16 1
                                    

Mata adalah pancaran hati saat mulut tak dapat lagi berbicara.

***

Kini Elise tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah, kakaknya masih harus dirawat hingga keadaannya pulih kembali. Kini kakaknya ditemani dengan Aurel yang tak lain adalah kekasih Mike, sementara Elise harus pulang dan bersekolah karena ia akan ada ulangan harian.

Suara klakson berbunyi tepat di depan gerbang rumahnya, Elise yang mendengar langsung segera keluar dan menemui kekasihnya.

"Tunggu sebentar, aku mau pake sepatu sama tas dulu." Setelah itu, Elise kembali masuk ke rumahnya untuk memakai sepatu juga mengambil tasnya.

Merasa sudah siap, Elise kembali menghampiri Arsyan yang tengah menunggu di dalam mobil.

"Maaf, ya. Lama," ucap Elise kemudian masuk ke dalam mobil.

"It's okay." Arsyan tersenyum sesaat sebelum mengebudikan mobilnya.

Arsyan fokus mengebudikan mobilnya, sementara Elise memegangi perutnya yang sakit karena lupa tidak makan semalaman.

"Semalem kenapa enggak makan, sih?" tanya Arsyan lalu melirik Elise yang sedang menunduk sambil memegangi perutnya.

Elise menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Semalem enggak ada makanan di rumah."

"Pesen online kan bisa, Lis."

"Ih, nanti kalo makanannya udah sampe, terus yang dateng bukan driver ojek online beneran gimana? Trus dia bukannya ngasih aku makanan malah ngasi aku belatung? Kan serem," ucap Elise sambil membayangkan kalau semua yang ia katakan benar-benar terjadi.

Elise yang mendengar ucapan Elise hanya menggelengkan kepalanya, pacarnya selalu saja berpikir yang tidak masuk akal.

"Ya udah, kan ada aku."

"Ih, nanti kalo kamu dijalan tiba-tiba dijegat lagi kayak waktu itu? Trus kamu masuk rumah sakit? Emangnya mau?"

Elise benar-benar gila!

"Nanti kita makan dulu pokoknya!" tegas Arsyan lalu memberhentikan mobilnya di parkiran.

***

Kini Elise tengah menuju kelas Arsyan, kelasnya sudah lebih dulu pulang karena guru di jam terakhir tidak masuk.

Elise melangkahkan kakinya melewati koridor lantai 3, ia mengedarkan penglihatannya. Mencari-cari kelas Arsyan, kelas yang ia cari.

Tiba-tiba ada gerombolan Tasya dan teman-temannya,  saat Elise melewati gerombolan Tasya, tiba-tiba ada seorang teman dari gerombolan Tasya yang sengaja menyenggol dan mengenai minuman yang ia pegang hingga tumpah.

"Lo kalo jalan lihat-lihat, dong!" ucap Tasya dengan sarkastik.

Tidak mau mempunyai kasus karena melawan kakak kelas, Elise meminta maaf pada Tasya juga teman-temannya.

"Maaf, Kak. Elise enggak sengaja," ucap Elise lalu ia beranjak pergi.

"Eh! Tunggu dulu, dong! Pel nih, yang bersih."

"Tapi kan nanti ada penjaga sekolah yang bersihin."

"Ya, lo yang nyenggol minuman ini sampe tumpah! Tanggung jawab lo mana?!" sentak Tasya saat Elise ingin membantah.

Elise menghembuskan napasnya, coba saja jika tadi ia menunggu cantik di depan gerbang bersama pak Soleh, ia tak akan terjebak dengan kawanan Tasya.

Ia melangkahkan kakinya menuju toilet,mencari-cari apakah ada pel-an yang bisa ia gunakan untuk membersihkan lantai?

Saat di dalam toilet, rasa kecewa muncul bersamaan dengan rasa sebal. Pel-an yang biasanya tertata rapi digantung di dinding toilet seketika tidak ada, entah kemana perginya.

My Possessive CloseFriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang