13. All These Times?

15.9K 2.1K 149
                                    

Jaehyun Point of View

Setelah acara UNICEF selesai, gue balik ke rumah. Nggak ke kantor. Bertemu Lana hari ini dan mendapat perlakuannya yang gak gue kenal sama sekali membuat gue ingin menghabiskan waktu sendiri.

Selama di perjalanan pulang gue berpikir, apakah keputusan gue selama ini udah bener? Apa bertunangan dengan Fanya adalah langkah yang benar?

Karena selama ini gue dibutakan oleh hal-hal yang ingin gue capai. Yaitu membuat empire gue sendiri. Saat itu yang Jaehyun masih muda, belum mengerti sepenuhnya tentang bisnis, hanya bisa setuju dengan keputusan orangtuanya Fanya.

Mereka ngejanjiin kalau gue mau lanjut sama Fanya, mereka akan membantu gue membangun empire gue sendiri. Menjadikan gue pengusaha yang paling sukses.

Kalau dipikir-pikir lagi, gue bodoh banget. Mau maki-maki diri sendiri aja rasanya.

Pikiran gue dibuyarkan saat mobil gue udah nggak lagi melaju dengan cepat.

"Pak, udah sampai." Kata Will, supir pribadi gue.

"Oh iya, oke Will. Thanks ya, kamu boleh pulang sekarang. Saya gak akan ada acara-acara lagi hari ini." Kata gue sambil menepuk pundak dia sebelum gue turun dari mobil.

Hari ini Fanya ada dirumah, pekerjaan dia itu model. Model yang lumayan dikenal dunia.

"Kamu udah pulang?" Tanya Fanya begitu melihat gue memasuki rumah dan menuju dapur.

"Belum, aku cuma halusinasi kamu aja."

"Bukannya kamu mau ke kantor dulu ya tadi?"

"Nggak jadi, aku capek." Emang gue capek banget. Walaupun agendanya hari ini cuma ke acaranya UNICEF, tapi gue ngerasa capek.
"Kenapa emang?" Tanya gue ke Fanya.

Tumben dia nanya-nanya ke gue kenapa gue pulang cepet. Biasanya dia seneng kalau gue cepet, tapi sekarang kenapa kayaknya dia gak seneng. Gak mengharapkan gue pulang cepet malah.

"Gak apa-apa." Katanya. Gue bisa merasakan ada sesuatu yang aneh dengan Fanya. Tapi apa itu?
"Jae, aku keatas dulu ya. Mau mandi."

Gue sadar, daritadi Fanya masih pake baju tidur. Tapi kok bajunya beda sama apa yang dia pake tadi pagi? Bajunya ini lebih terbuka.

Kok perasaan gue gak enak?

Akhirnya gue mengikuti Fanya keatas. Sebelum Fanya berhasil menutup pintu kamar gue dan dia, gue udah tahan duluan.

"K-kenapa ditahan?"

"Ya aku juga masuk. Kan ini kamar aku juga."

"Kamarnya belum aku beresin, Jae."

Sejak kapan Fanya membereskan kamar? Mustahil. Sampe Raja Firaun mesen ojek online juga gak akan pernah dia ngeberesin kamar.

Gue yang semakin curiga dengan Fanya, makin menahan pintu biar dia gak bisa nutup.

"Jae, asli bentar dulu aku mau beresin. Tadi tuh aku lagi bongkar-bongkar lemari nyari sesuatu. Aku keluarin semua daleman aku."

Alasan yang sangat bodoh. Kapan Fanya nyimpen sesuatu yang penting di lemari dalemannya?

"Fan, mundur. Kalau gak aku paksa dorong."

"Jae–"

"Fanya, baju aku mana nih? Tadi kamu lepasinnya ngasal sih. Mana ya, kemeja aku?"

Suara laki-laku siapa itu? Kenapa ada suara laki-laki lain di kamar tidur gue?

Fanya langsung memandang gue dengan tatapannya yang horor. Dia tau kalau dia dalam masalah yang besar.

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang