42. Cigarettes and Vodka

9.8K 1.3K 105
                                    

"Lana...?"

Mencari suara yang memanggil nama gue, ternyata dia ada disana. Berdiri dibelakang ayah.

Padahal baru tadi siang gue dan Jaehyun ketemuan di Paris. Sekarang, kita berdua ada di London. Ngapain juga dia kerumah gue? Apa dia tau gue mau dateng? Ah tapi masa sih?

"Can I talk to you?" Tanya Jaehyun yang masih berdiri mematung di belakang ayah. Ayah hanya bisa menatap gue dengan bingung. Mungkin heran kenapa mata anaknya ini bengkak.

"Lana kamu kenapa?" Akhirnya ayah menghampiri gue dan mengambil tempat duduk yang kosong disebelah gue. Ayah menatap gue dengan penuh kekhawatiran. Khawatir anaknya kenapa-napa.

Gue hanya menggelengkan kepala gue, gak mau nangis lagi.

Gue lupa kalau Jaehyun sekarang masih berdiri di ambang pintu, menanti jawaban yang keluar dari mulut gue.

Agak ragu sebenernya waktu Jaehyun bilang dia mau ngobrol sama gue. Kalau gue nangis lagi gimana? Terus tangisannya lebih parah dibandingkan sebelum-sebelumnya? Udah capek gue nangis.

Atau... mungkin gue takut untuk ngobrol berdua dengan Jaehyun?

"Lana go and talk to him." Ucap Lucas yang duduk dihadapan gue.
"I'll be waiting in here." Lanjutnya meyakinkan gue.

"Tapi..."

"I'll be fine."

Mau gak mau gue harus ngobrol sama Jaehyun. Walaupun gue takut bertatap muka dengan Jaehyun, banyak banget pertanyaan yang ingin gue tanyakan ke dia. Kalau dijabarin kayaknya bisa bikin buat tes soal acara TV Are You Smarter Than the 5th Grader.

Gue berdiri dan melangkah menjauh dari ayah dan Lucas. Gue melewati Jaehyun waktu gue keluar dari ruang tamu. Gue berjalan menuju halaman belakang, karena disitu satu-satunya tempat yang bisa dijadikan tempat ngobrol sekarang.

Bisa gue rasakan Jaehyun mengikuti gue dibelakang.

Begitu keluar melalu pintu belakang, gue merasakan hembusan angin kencang yang bertiup ke arah gue. Dingin juga.

Sofa kosong diluar menjadi tempat gue duduk untuk memulai perbincangan gue dengan Jaehyun. Jaehyun mengambil tempat duduk tepat disebelah gue.

"Lana... maafin gue." Kata Jaehyun begitu kita duduk di sofa. Kita gak menatap satu sama lain. Ya mungkin karena kita berdua gak mampu untuk menatap mata satu sama lain.

Gue yang mendengar ucapan Jaehyun barusan hanya bisa diem. Gue gak tau harus bersikap kayak gimana sekarang. Marah iya, kesel iya, sedih iya. Tega-teganya dia gak bilang ke gue disaat semua orang udah tau dengan apa yang terjadi.

"Lo... lo jahat banget sama gue, Jaehyun." Untuk yang kesekian kalinya gue kembali menangis. Capek nangis terus. Persediaan air mata gue juga kayaknya udah habis.

"Maaf." Hanya kata maaf yang keluar dari mulutnya.

Gue menaruh tangan gue diatas lutut dan menutup wajah gue yang lagi nangis ini. Menutupi wajah gue karena gue gak bisa menatap Jaehyun sekarang.

Menyadari tangisan gue semakin kenceng, Jaehyun memberanikan dirinya untuk duduk mendekati gue. Bahkan, dia sampe melingkari tubuh gue menggunakan tangannya. Dibawanya gue ke dalam pelukannya.

Pelukan yang gue kangenin selama ini.

Gak inget kapan terakhir kali gue meluk Jaehyun. Dan akhirnya hari ini gue kembali berada di dalam pelukan orang yang gue sayang, sayang banget.

Jaehyun mengelus rambut gue. Tangannya masih melingkari gue.

Yakin banget gue kalau baju Jaehyun sekarang udah basah dipenuhi dengan air mata yang mengalir deras dari mata gue. Tapi Jaehyun keliatannya gak keberatan, dia malahan semakin mengeratkan pelukannya.

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang