— Lucas Point of View —
Gue paling gak bisa ngeliat Lana, kesayangan gue nangis. Karena Lana itu tipe orang yang jarang banget untuk nangis, apalagi nangis didepan orang– hal itu jarang banget terjadi.
Waktu dia bilang mau ke London untuk bertemu orangtuanya, Jaehyun, dan orangtua Jaehyun, gue langsung mengiyakan ajakannya. Gue janji sama Lana untuk selalu berusaha ada untuk dia kalau dia lagi butuh untuk ditemani. Gue juga bikin janji sama diri gue sendiri, untuk selalu menjaga dan melindungi Lana.
Gue gak mau Lana kenapa-napa. She worths more than diamonds.
Sekarang kita lagi ada diperjalanan menuju rumah orangtuanya Lana. Gak tau udah berapa kali, Lana daritadi nangis terus. Tapi bisa gue wajari sikapnya dia.
Siapa sih yang gak sedih kalau orang yang pernah lo sayang, orang yang udah lama gak bicara dengan lo, tiba-tiba dateng dan membawa kabar buruk?
Kayak Jaehyun yang datang ke Lana untuk memberi kabar buruk kalau Jaehyun punya kanker paru-paru dan udah sampe stadium 3. Siapa yang gak sedih?
Gue mengunci bibir gue rapat-rapat dan gak memberitahu Lana sepatah pun tentang ini, karena gue tau itu bukan tugas dan tempat gue untuk memberitahu Lana. Itu tugas Jaehyun untuk memberitahunya.
Lagian, kalau pun gue yang kasih tau ke Lana tentang kondisi Jaehyun, bukannya Lana bakal sedih dan tambah marah? Karena kabar buruk yang dia terima, dia dengar dari orang lain. Bukan dari orangnya langsung.
Selama ini gue berusaha untuk mengerti posisi Lana. Gue sebenernya gak pernah berharap kalau kasih sayang gue bakal Lana bales. Kasih sayang sebagai lelaki dan perempuan yang gue maksud. Kalau Lana bales, ya syukur. Kalau nggak, ya gak apa-apa. Gak apa-apa cuma sayang seorang diri. Kalau lo emang udah sayang... ya lo rela berjuang sendiri, asalkan orang yang lo sayang itu gak kenapa-napa, iya kan?
Gue berusaha mengerti dan paham tentang perasaannya Lana. Gue mencoba memposisikan diri gue sendiri kalau gue berada di dalam posisinya.
Melepaskan seseorang itu gak mudah. Apalagi kalau sayangnya udah sampe DNA, sama sekali gak mudah. Itu yang Lana harus lalui 6 tahun yang lalu, dia berusaha mencoba untuk melepaskan Jaehyun– bahkan mungkin melupakannya?
Walaupun dia bilang dia udah gak ada rasa sama Jaehyun, gue tau dia bohong. Gue bisa baca perasaan seseorang dari matanya. Gak tau juga Lana bohong kenapa. Tapi bisa gue pastikan, dia pasti mikir kalau dia bilang dan menyatakan kalau dia udah gak ada rasa sama seseorang, hal itu bakal terjadi.
Tapi nyatanya gak gitu. Kalau lo berusaha mengelak tentang perasaan lo dan berusaha sebisa mungkin untuk melupakan seseorang yang berharga– ingatan tentang orang itu akan selalu ada dipikiran lo. Karena ya lo berusaha sebisa mungkin untuk melupakan mereka.
Jadi, kata gue, kalau lo mau ngelupain orang... jangan paksa diri lo untuk lupain orang itu. Jalanin aja prosesnya. Cepat atau lambat, lo bisa kok lupain orang itu.
Selama perjalanan ke rumah orangtuanya Lana, Lana hanya menangis, menangis, dan menangis. Gue yang gak bisa ngeliat dia nangis hanya bisa menarik dia ke dalam pelukan dia. Berharap pelukan dan sentuhan yang gue berikan bisa memberikan Lana sedikit rasa ketenangan.
———————
Ada rasa bersalah ketika Lana bertanya ke mamanya kenapa gue dikasih tau tentang kondisi Jaehyun yang sakit sementara dia nggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna: A Blank Space | Jung Jaehyun
Fanfiction[COMPLETED] "Let's stop seeing and texting each other... and if by chance we met in the street, let's pretend like we didn't know each other." Start 28/03/2019 Finish 04/05/2019 WAS #1 in Jaehyun 06/05/2019 #2 in Jaehyun 05/05/2019 #3 in Jaehyun 30...