49. If Only

8.6K 1K 8
                                    

Walaupun gue udah tau Lucas mengganti nomor handphone-nya, gue terus berusaha untuk menelfon. Karena siapa tau panggilan telfon gue ke Lucas bisa tersambung.

Sedih banget rasanya waktu Lucas bilang dia gak rela ngeliat gue sama Jaehyun, tapi didepan Jaehyun dia fine fine aja. Seharusnya gue bisa lebih peka sama perasaanya Lucas. Harusnya gue gak mikir kalau Lucas ini baik-baik aja. If only...

Gue pindah ke kasur karena lama-lama capek juga duduk dilantai. Sambil berbaring, gue masih mencoba untuk menghubungi Lucas. Tapi tetep aja jawaban yang gue dapatkan adalah,

"Mohon maaf, nomor yang anda tujui sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan. Mohon hubungi beberapa saat lagi."

Gue terus mencoba menelfon Lucas, air mata masih mengalir dipipi gue sampai akhirnya gue tertidur. Karena terlalu lelah untuk terus-terusan menangis dan bersedih.

———————

TRIIIIIING

Gue dibangunkan oleh alarm handphone gue yang bunyinya melebihi toa.

Yaampun, gue mau tidur lebih lama kok kayak gak direstuin sih? Gue mau tidur biar gak keinget realita yang pahit. Karena mengingat kejadian-kejadian yang terjadi akhir-akhir ini membuat gue sedih. Kenapa semuanya terjadi dalam satu hari?

Dalam satu hari Jaehyun mengatakan kalau dia punga penyakit yang serius. Lalu setelah itu Lucas menulis surat untuk gue dan dia ingin kita gak berhubungan dulu.

Dosa apa yang gue perbuat sampe segininya?

Karena alarm handphone terus berbunyi, daritadi juga cuma gue snooze aja gak gue matiin. Bodoh emang. Jadi ya terpaksa gue bangun.

Gak sadar kalau dari malem gue tidur gak pake selimut. Gue akhirnya bangkit dan jalan menuju cermin besar yang ada dikamar gue. Melihat cerminan gue, matanya bengkak, rambut berantakan, dan kucel juga gue– ih kasian banget gue ngeliat diri gue sendiri.

Tok tok tok

Suara ketukan terdengar dipintu gue,
"Siapa?"

"Oh udah bangun. Sarapan yuk! Yang lain udah dibawah." Kata mama.

"Oke, just give me 5 more minutes."

"Sure, we will wait for you in the dining table."

"Oke maa!"

Duh gimana nih mata gue? Kalau keliatan bengkak nanti gue diinterogasi lagi sama agen-agen polisi dirumah gue. Masa iya pake concealer dulu? Ah gak-gak. Pake kacamata aja kali ya? Atau kacamata hitam? Tapi siapa yang pake kacamata hitam dirumahnya waktu lagi sarapan? Gak ada.

Jadi gue pasrah aja. Kalau pun nanti ditanya-tanya ya tinggal gue jawab aja kan?

"Good morning, Lanaaaa~~"

Suara Jaehyun terdengar sangat riang. Kayak jaman-jama dulu kita masih akur dan sahabatan. Sekarang juga akur sih.

"Good morning~"

"Kak Lana?! Kenapa matanya bengkak?!" Tanya Sasha.

Tuhkan. Udah mulai nyadar nih.

"Lana kamu kenapa?" Tanya mama sambil menatap gue penuh khawatir. Dari kemarin anaknya ini nangis terus soalnya.

Karena gue gak kuat untuk menahan dan berpura-pura, gue akhirnya nangis untuk kesekian kalinya. Jaehyun yang duduk disebelah gue pun memeluk gue sambil mengusap-usap punggung gue.

"Lana, kenapa?" Tanya Jaehyun yang masih memeluk gue.

Mama, ayah, Sasha, dan Sabine juga hanya bisa melihat gue. Kemudian mama bangkit dari duduknya dan menghampiri gue yang duduk diseberangnya. Mama setengah berjongkok disebelah gue dan ikut mengusap punggung gue.

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang