16 [ Affection pt. 3 ]

2.5K 404 7
                                    

Pukul 19.45

Setelah melewati satu hari yang cukup panjang, akhirnya gue bisa berbaring dengan nyaman di kasur tercinta. Nggak lama gue berbaring, kak Jaewon masuk sambil membawa nampan berisi makanan, minuman, dan obat.

"Dek minum dulu obat lo nih"

"Lah kak ? Gak kuliah ?"

"Kaga, gue cabut"

Mendengar jawaban dari kak Jaewon, gue naruh nampannya di nakas meja dan nyentil jidat dia.

"Sakit anjir"

"Kak bersyukur dikit kek udah diterima di universitas favorit. Ini malah belajarnya main - main. Nggak kasihan sama dua orang disana yang udah biayain kuliah lo ?"

"Gue gamau masuk jurusan ini sebenernya"

Gue terdiam mendengar jawaban kak Jaewon tadi. Jujur, seumur hidup yang gue tau kak Jaewon itu adalah orang yang paling nurut dan paling jujur. Dia selalu nurut kata ortu berbanding terbalik dengan gue.

"Gue nggak mau masuk jurusan akuntansi, gue maunya masuk jurusan sastra. Gue juga nggak mau nerusin pekerjaan ayah jadi penerus perusahaan. Gue gasuka"

Akhirnya rahasia yang selama ini dia simpan rapat terbongkar di hadapan gue. Shock ? Tentu saja. Gue kaget mengetahui kalo kak Jaewon nggak mau jadi penerus perusahaan papa, padahal papa berharap banyak ke dia.

"Seharusnya yang ngelanjutin perusahaan papa itu lo bukan gue. Seharusnya papa lebih berharap ke lo bukan gue, karena gue tau dari kecil lo punya cita - cita buat nerusin perusahaan papa"

Gue terdiam mendengar jawaban kak Jaewon tadi. Meskipun dia suka iseng, tapi gue selalu tau kalo kak Jaewon sayang pada gue. Kemudian, gue segera menarik kak Jaewon ke dalam pelukan gue dan memeluknya sangat erat. Seakan - akan gue takut kak Jaewon akan pergi dari hidup gue seperti kedua orang itu.

"Aku sayang kakak" ucap gue lirih sambil menangis dan membasahi baju kak Jaewon.

"Kakak juga sayang sama kamu" jawab kak Jaewon sambil mengelus kepala gue dengan lembut.

***

Pukul 21.30

Kak Jaewon masuk ke kamar gue dan memberitahu ada temen gue dateng ke rumah dan sedang menunggu di ruangtamu.

Siapa sih yang datang ke rumah gue malam - malam begini ? Jihoon ? Dia mah tau password rumah gue. Raesung ? Rumah gue sama aja kek rumah neneknya, tiap hari dateng kesini terus. Kalo gak minta nasi ya paling nonton anime bareng kak Jaewon.

Ketika gue sudah sampai di ruangtamu, ternyata malah nggak ada orang. Lah anjir kak Jaewon ngerjain gue. Tiba - tiba gue merasakan ada seseorang yang menepuk pundak gue dari belakang. Saat gue membalikkan badan dan bersiap untuk menghajar kak Jaewon gue kaget.

"WOI ANJ-- SETAN KAGET GUE !"

Gue kaget setengah hidup. Ya gimana nggak kaget kalo ngeliat gebetan lo dateng.

***

"Kakak udah enakkan ?"

Gue menganggukan kepala. Hati gue saat ini deg - degan nggak karuan. Selama empat hari gue memutuskan kontak apapun itu dengan cowok yang ada di hadapan gue sekarang.

"Ngapain kesini malam - malam ? Emang besok lo nggak sekolah ?" tanya gue ke cowok yang ada di hadapan gue saat ini.

"Sekolah tapi rasanya hampa" jawabnya sambil menatap gue lekat.

Gue terdiam dan hanya mampu balas menatapnya. Sedetik kemudian gue memasang muka judes lagi ke arah dia.

"Lo ngapain sih ke sini ? Kalo ada perlu kan bisa ketemu besok !"

"Nggak bisa. Tiap kali Yedam mau ke rumah kakak atau mau nemuin kakak, kak Jihoon selalu ngelarang Yedam dan itu bikin Yedam khawatir. Tapi, hari ini setelah ngelihat kakak masuk sekolah Yedam mutusin buat ke rumah kakak meskipun kak Jihoon ngelarang"

Gue diam lagi dan berusaha menahan airmata gue. Gue menundukkan kepala gue agar Yedam nggak bisa ngelihat mata gue yang mulai berair.

"Lo.. sesuka itu sama gue ?"

"Iya. Walaupun ke depannya entah kita bersatu atau nggak Yedam selalu minta di kehidupan ini dan selanjutnya Yedam bisa terus bareng kakak"

"Lo masih suka sama gue meskipun gue ini kotor ?"

"Kakak nggak kotor, nggak ada manusia kotor di dunia ini. Kakak harus inget, kakak dicintai dan kakak berhak untuk hidup seperti hal nya oranglain"

Hanya jawaban singkat itu tapi mampu membuat airmata gue tumpah. Gue nggak bisa menahannya lagi. Gue berusaha sekuat tenaga buat nahan ini semua tapi nggak bisa, pertahanan gue hancur. Gue nggak pernah mendapatkan kasih sayang sebesar ini bahkan dari orangtua gue sendiri. Dan ternyata kasih sayang itu justru muncul dari orang yang nggak disangka - sangka.

Yedam mendekat ke arah gue, lalu mengangkat wajah gue dan menaruh tangannya di pipi gue. Menghapus airmata yang tersisa disana.

"Jangan sedih lagi, apapun yang terjadi Yedam selalu ada di sisi kakak. Kedepannya, baik hal baik dan buruk mari saling menguatkan satu sama lain"

Gue langsung memeluk Yedam sangat erat. Memeluk orang yang paling gue rindukan selama 4 hari ini, memeluknya seakan - akan dia bakal pergi dari gue.

"Yedam.. makasih"

Gue bisa ngerasain Yedam membalas pelukan gue lalu mengelus kepala gue dengan lembut.

"Ayo kita saling menguatkan, apapun ke depannya Yedam nggak akan pernah ngelepas kakak dari genggaman Yedam"

Gue mengangguk dan semakin mengeratkan pelukan gue ke Yedam dan berbisik di telinga nya. Hal ini akan selalu gue inget seumur hidup gue.

"Gue sayang sama lo"

Yedam menarik pelukannya dan melihat kearah gue, setelahnya dia senyum lembut menatap gue.

"Yedam juga sayang kakak"

Dan selanjutnya gue bisa merasakan bibir Yedam yang mengecup pelan pipi gue.

***

Adek Kelas [ Bang Yedam ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang