Dengan wajah datar andalannya Aksa berjalan memasuki kelasnya. Dan semakin datar lagi saat melihat sosok kunti sedang duduk tepat di kursinya. Ia berdecak sembari berbalik ingin keluar.
"Aksa!" Sabrina-si kunti, berdiri dari duduknya dan berlari menghentikan langkah lebar Aksa sampai di depan pintu.
Ia menghadang Aksa dengan merentangkan kedua tangannya.
"Mau lo apa?" Aksa bertanya dingin.
Sabrina menurunkan kedua tangannya kemudian mengulurkan tangan kanannya yang menggenggam sekotak susu coklat seperti kemarin.
"Ini buat Kamu. Kemarin gak jadi minum gara-gara teman Kamu, 'kan?"
Sabrina tersenyum saat Aksa menerima susu kotaknya. Ya, meski sudah bisa ditebak bagaimana ekspresinya saat menerima. Datar bercampur muak.
"Udah, 'kan? Pergi!" Meski Aksa mengusirnya dengan terang-terangan, Sabrina tetap menampilkan senyum manisnya sampai ia menyetujui perintah cowok itu dan berbalik menjauh dari kelas Aksa.
Namun, ketika ia sudah berbalik dan kakinya berada di undakan tangga ketiga untuk turun, suara Aksa membuatnya menghentikan langkah. Tanpa suara, Sabrina mengintip dari balik tembok. Di depan pintu tempat ia berdiri tadi, sudah berdiri seorang lelaki selain Aksa.
"Apa?"
"Ambil! Mau gue kasih ke si Daffa. Tapi, dia belum datang. Jadi, buat lo aja."
Cowok yang ditawari Aksa tanpa ragu menerima pemberian Aksa dengan senyum lebar. Ia menepuk bahu Aksa pelan seraya mengucapkan terimakasih.
Sabrina berbalik dan menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia memejamkan matanya sejenak.
Sabrina tersenyum dalam diamnya. Bukan kah di balik keberhasilan yang manis terdapat proses yang lama juga di dalamnya?
●●●
Aksa dan Daffa sedang menikmati waktu istirahatnya dengan makan sepiring nasi kuning di kantin. Tidak ada yang membuka suaranya sedari tadi, sampai suara Daffa memecah keheningan.
"Kenapa akhir-akhir ini Fara jarang nemuin lo ya, Ak?"
"Syukur alhamdulillah," Aksa merespon singkat.
"Tapi, kayaknya ada penggantinya deh," sindir Daffa.
Aksa hanya diam.
Daffa meletakkan sendok garpunya sementara untuk menatap Aksa, "Ak, tapi, gue takut kalau Fara gak benar-benar berhenti ngejar lo dan kalau ternyata dia tau kalau Sabrina juga lagi dekat sama lo. Lo tau pasti, ketenangan Sabrina yang bakal terancam."
Aksa menatap Daffa, "Kalau lo udah tau konsekuensinya, kenapa juga lo masih mau bantu dia buat lebih deket sama gue, Tulul? Lagian kalau ketenangan dia terancam juga karna salah dia sendiri."
Daffa mengusap tengkuknya, "Gue pikir dia lebih cocok sama lo daripada si Fara."
"Gue gak pilih dua-duanya."
Tak lama setelah itu, Aksa menghentikan makannya begitu pula Daffa saat Rendy yang biasanya duduk di samping Aksa sudah digantikan oleh sesosok makhluk berlabel Sabrina.
"Lo sogok Rendy pakek apaan sampai dia mau pindah buat duduk sama perempuan?" Heran Daffa. Pasalnya, Rendy sangat anti dengan perempuan-untuk saat ini, kecuali ibunya.
"Wah, bukan dia gak mau sama perempuan. Tapi, emang Rendy aja yang maunya cuma sama cewek cantik," Daffa menjawab pertanyaannya sendiri sembari berdecak.
Sabrina terkekeh.
Tanpa meminta izin, tangan Sabrina mengambil ponsel Aksa yang tergeletak di atas meja. Aksa menatap tajam gadis di sampingnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...