20 | Couple

1.2K 63 1
                                    

Happy reading...

Sembari menunggu Aksa datang dan minumannya sampai, Sabrina merapikan kembali dandanannya. Untung saja cermin kecil yang biasa ia bawa ketika bepergian juga ia bawa hari ini.

Cukup lama Aksa tiba. Bahkan minuman Sabrina sudah tinggal setengah. Sampai suara seseorang mengintrupsinya kembali dari kegiatan melamunnya.

"Sorry, lama," ucapnya.

Sabrina keluar dari pikirannya. Ia menatap Aksa yang sudah duduk di sofa yang sama, namun, cukup jauh dari Sabrina. Tidak mengherankan, lelaki itu sudah terbiasa mencueki perasaan dan keinginan orang lain.

"Iya, gak pa-pa," jawab Sabrina seraya tersenyum.

Aksa kemudian merogoh ponselnya dan menyibukkan diri dengan benda persegi itu. Sabrina menarik nafas. Apa-apaan lelaki itu mengabaikannya.

"Aksa," panggil Sabrina.

"Kenapa?" Dia melirik Sabrina sebentar.

"Kok malah main handphone, sih," ucap Sabrina terang-terangan.

"Gue nunggu lo selesai minum,"

Sontak Sabrina menunduk, dan baru menyadari jika gelas minumannya sedari tadi ada di tangannya.

"Gue mau ngajak lo keluar," lanjutnya.

Aksa menatap Sabrina yang langsung menghabiskan minumannya hingga tandas. Sabrina yang baru sadar jika lelaki itu menatapnya ikut menoleh. Mata mereka bertemu pandang cukup lama sampai lelaki itu memalingkan wajahnya lebih dulu.

Kamu--bukan, kalian semua, hubungan persahabatan kalian yang misterius hanya mampu aku awang. Karena semuanya masih abu-abu, terlalu jauh kalau aku pikir. Karena dari yang aku lihat, sepertinya aku cukup berpengaruh dalam persahabatan kalian. Galen bilang, kalian cuma sahabatan bertiga. Lalu jika aku bukan bagian dari persahabatan kalian, dulunya aku berperan sebagai apa selain sebagai orang yang merugikan karena Kamu Aksa, bahkan Kak Fara, meskipun kini aku sudah kembali dalam kehidupan kalian lagi, kalian tetap nggak mau mengakui jika aku pernah kenal sama kalian.

●●●

Sabrina kira, mereka akan jalan-jalan dengan salah satu kendaraan mereka. Ternyata tidak, Aksa memintanya tetap membawa mobilnya, sedangkan lelaki itu membawa motornya sendiri.

Setelah lama di perjalanan, akhirnya keduanya berhenti di salah satu toko sepatu. Atas permintaan Sabrina sendiri tentunya. Posisi tokonya tepat di pinggir jalan raya. Berjajar rapi dengan toko-toko yang lain.

Keduanya berjalan beriringan memasuki toko. Mata Sabrina langsung berbinar melihat berbagai macam sepatu terpajang di sekelilingnya. Aksa berdecak kemudian berjalan mendahuluinya setelah sebelumnya mengakatakan sesuatu yang membuat Sabrina ingin menyeret paksa lelaki itu.

"Jangan katrok. Cepet milih!"

Meski begitu, Sabrina tetap berjalan mengikuti, masih dengan mata menelusuri setiap rak yang berisikan berbagai macam pilihan alas kaki.

"Aksa, coba deh, lihat ini! Bagus gak?" Intruksi Sabrina, membuat lelaki yang masih setia menampilkan wajah datar mulut cabai itu menghentikan langkahnya dan berbalik mengikuti arah pandang Sabrina.

"Yang mana?" Tanya Aksa.

Sabrina tersenyum dan mengambil dua pasang sepatu berwarna peach. Ia memperlihatkannya kepada Aksa. "Gimana? Bagus, kan?"

"Lo mau beli dua?" Tanya Aksa kembali.

Sabrina menggeleng, "Ya enggak lah. Kita couplean. Aku pengen camping nanti kita punya sepatu yang couple. Pasti cocok banget, deh," serunya.

Abisso D'amore [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang