"Maaf, Tuan, saya mengganggu."
Shim melepaskan kacamatanya, dan mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas di hadapannya ke sopir rumahnya yang baru saja bersuara.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Saya tidak menemukan Non Sabrina di sekolah, bahkan saya juga sudah mencarinya di sekitar area sekolah. Namun hasilnya nihil, panggilan telepon saya pun tidak dijawab, Tuan," lapornya.
Shim mengambil ponselnya di atas meja kemudian mendial nomor anak semata wayangnya itu. Tak lama kemudian wajah penuh kegusaran menguasainya tanpa bisa dicegah, "Benar, Sabrina tidak menjawab panggilan. Kemana anak itu," gumamnya.
"Bukannya sekolah sudah bubar satu jam yang lalu? Kenapa Pak Yanto baru lapor sekarang?" Tanya Shim tak habis fikir.
Yang ditunjuk menunduk. "Maaf, Tuan. Saya kira Non Sabrina sedang ada janji temu dengan teman-temannya," jelasnya.
"Bapak sudah mencoba menghubungi teman-teman Sabrina?"
"Sudah, Tuan. Dan semua menjawab sama, mereka tidak tahu."
Shim tidak bisa menutupi kegelisahannya. Sabrina hampir tidak pernah seperti ini. Mau dengan siapapun atau kapanpun waktunya, gadisnya selalu meminta izin terlebih dahulu dengan dirinya.
"Bapak bisa kembali. Kalau menemukan info terbaru Bapak bisa lapor ke saya."
Pak Yanto mengangguk kemudian pamit undur diri. Dua detik setelahnya Shim mengambil ponselnya kembali. Ada satu orang lagi yang ingin ia hubungi.
"Halo, Galen. Ini Om."
"Iya, Om, ada apa?"
"Sabrina sedang ada sama Kamu?"
Lama Galen terdiam sebelum akhirnya menjawab, "Enggak, Om. Kenapa sama Sabrina?"
"Dia belum pulang sejak pulang sekolah tadi," Shim menjawab putus asa.
Usai ayah Sabrina memutuskan panggilan, Galen langsung menghubungi Aksa. Beberapa hari ini ia turut merasakan kedekatan antara Aksa dengan Sabrina, dan menurut Galen tidak ada salahnya bertanya pada orang yang berperan penting dalam hidup gadis itu.
Panggilan pertama, kedua, bahkan sampai ke lima hanya operator yang menjawab. Ponsel lelaki itu tidak aktif. Galen berdecak, kemana temannya satu itu. Mencoba berpikir positif, semoga besok pagi ketika ia berkunjung ke rumah Om Shim Sabrina sudah ada di rumah. Siapa tahu gadis itu menginap di rumah teman perempuannya, karena kebetulan besok adalah weekend.
●●●
"Ngapain lo pagi-pagi ke rumah gue?"
Galen menjitak kepala Aksa tanpa sungkan, apa-apaan pertanyaan itu.
Aksa memandang orang yang baru saja menerobos masuk ke dalam rumahnya dan dengan tanpa dosa langsung duduk di sofanya. Ia masih berdiri di depan pintu, menunggu balasan Galen.
"Duduk, ah, Ak!"
Aksa menaikkan sebelah alisnya.
"Ada yang mau gue bicarain," lanjutnya.
Aksa memilih mengalah. Ia duduk di seberang lelaki yang satu tahun lebih tua dari dirinya itu.
Galen menumpukan kedua sikunya pada pahanya dengan tangan saling menggenggam. Mendadak Aksa merasa ada yang tidak beres saat lelaki itu menatapnya serius.
"Lo tahu, Sabrina dari kemarin ngilang dari rumah..."
"Apa? Sejak kapan?" Aksa terkejut.
Galen melebarkan matanya. "Lo nggak tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...