Hidup adalah sebuah pilihan.
Maka ketika sudah tidak bisa bertahan,
Menjauh dan melepas adalah pilihan lainnya.○○○
Setelah beberapa hari Sabrina izin dari sekolah, akhirnya hari ini ia menginjakkan kaki di koridor sekolahnya lagi. Masih dengan ransel di punggung, ia berjalan santai menuju kelasnya.
Di tengah perjalanannya, kakinya mendadak terhenti saat dilihatnya dari jauh Galen berjalan ke arahhya. Sama, lelaki itu juga terlihat baru datang karena ransel di punggungnya. Bedanya mata lelaki itu tampak fokus dengan ponsel di tangannya.
Niatnya, Sabrina ingin cepat-cepat berbalik untuk menghindari Galen. Sayangnya setelah berbalik dan berjalan baru dua langkah suara Galen mendadak membuatnya berhenti kembali. Ia menarik nafas panjang sebelum akhirnya terpaksa berbalik dan menampilkan senyum tipis.
"Izinnya satu hari, emang udah baikan?" Tanya Galen, berdiri di sampingnya.
"Udah kok."
"Oh," Galen mengangguk. Kemudian melanjutkan, "Lo pasti masih shock sama kejadian waktu camping kemarin. Fara-"
"Gal, udah," potong Sabrina. "Aku udah gak mau lagi ikut campur masalah kalian. Aku memutuskan untuk menjauh dari hidup kalian mulai sekarang. Aku yang membuat hubungan kalian jadi terpecah. Maaf untuk itu," lanjutnya.
"Tapi, Sab-"
"Aku punya kompensasi," selanya lagi.
"Kompensasi?" Tanya Galen tak yakin.
Sabrina mengangguk.
"Kompensasi apa?" Balas Galen.
"Aku enggak bakal bersikap asing lagi sama kalian, khususnya Kamu yang dekat dengan ayahku. Asal kalian mau memaafkan Kak Fara dan berhenti membencinya. Temani dia. Dia butuh sahabat seperti kalian di saat seperti ini. Dia sudah lama memendam sakit. Satu lagi, jangan ungkit cerita ini lagi sama ayah, ayah aku setuju buat memaafkan orang yang udah buat aku sakit kemarin."
Galen mengerutkan keningnya, "jangan bilang ayah lo gak tahu siapa yang mau buat lo celaka?"
Sabrina menggeleng, "Ayah tahunya cuma waktu kejadian di tepi pantai, mungkin karna waktu itu banyak orang di dekat sana jadi ada yang melapor sama ayah. Tapi, waktu kejadian Kak Fara megang pisau, ayah gak tahu apapun soal itu, basicly, tempat kejadian kemarin emang sepi."
Sedangkan tak jauh dari tempat Sabrina dan Galen berdiri, Fara mengintip apakah yang berkata tadi benar Sabrina atau bukan--Fara yang tak sengaja mendengar dialog Galen dan Sabrina menghentikan langkahnya dan bersembunyi dari balik dinding. Dan hasilnya, ia tak percaya bahwa yang berkata tegas tadi adalah benar Sabrina yang selama ini ia anggap lemah.
Merasa tak ada yang perlu dibicarakan kembali, Sabrina berjalan melewati Galen begitu saja untuk melanjutkan perjalanannya. Dan entah memang takdir atau bagaimana, dari arah berlawanan kembali ada Aksa yang berjalan ke arahnya.
Sedangkan di sisi lain, dari jauh, mata Aksa terus mengamati Sabrina. Namun, entah sengaja atau tidak, gadis itu mengabaikannya. Berjalan melewatinya begitu saja tanpa kata tanpa aba. Aksa menghentikan langkahnya. Ia menoleh hanya untuk menatap punggung Sabrina yang semakin menjauh.
●●●
Bel istirahat baru berbunyi kurang lebih lima menit yang lalu. Aksa dengan kedua tangan di saku celana bersandar pada dinding di depan kelas Sabrina. Ia sendiri tidak tahu pasti apa yang membuatnya nekat datang ke sini, namun ada suatu hal yang mendorongnya untuk melaksanakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...