17 | Dilema

1.2K 64 2
                                    

Kamu lebih dari sekedar waktu. Yang berlalu tanpa henti, dengan pandangan yang selalu sama, namun, dengan suasana yang berbeda.

●●●

Jam pelajaran terakhir di setiap hari senin merupakan suatu hal yang tidak ditunggu kehadirannya bagi beberapa siswa di kelas Sabrina.

Selain karena bayang-bayang malas di hari Minggu yang masih terbawa, juga karena guru fisika di depan sana yang tak pernah menerangkan. Tapi, tugas tak pernah tertinggalkan. Kegiatan guru perempuan itu setelah memasuki kelas hanyalah salam, kemudian duduk dan membuka ponsel bercase merah darah miliknya itu. Parahnya, beberapa kali teman-temannya pernah memergoki guru itu sedang bermain sosial media di saat mengajar seperti ini.

Sabrina meraih ponsel di kolong meja tanpa menunduk. Meski terlihat fokus menatap ponsel, namun, Sabrina tahu jika guru itu sesekali melirik-mencari mangsa.

Berhasil Sabrina raih, ia mengetikkan pesan kepada Daffa.

Pap wajah aksa dong, Daff. Kangen nih.

Wahh, ada yg lg pdkt sama si kutub nih kayaknya.

Iya hehe.

Pulang ini aku mau ajak aksa makan di luar. Doain dia mau ya.

Dia pasti mau. Tenang aja. Dia bawa jaket soalnya.

Lama jari Sabrina mengawang di atas layar. Dengan ragu ia mengetikkan balasan.

Tapi aku belum bilang ke dia loh, Daff.

Trus dia mau kemana? Aksa cuma pakek jaket kalau mau pergi ke suau tempat.

Kamu gak tau dia mau kemana?

Di lain sisi, Daffa tampak mengingat ingat. Hubungannya dengan Aksa sudah sedikit baik sejak pertengkarannya di rumah cowok itu. Bukannya ia atau Aksa meminta maaf, tapi, Daffa yang mencoba mengajak Aksa bicara setelahnya. Daffa sendiri tidak tahu apakah cowok itu sekarang masih marah kepadanya atau tidak. Sikap dan cara bicaranya selalu sama saja, bahkan sebelum pertengkatan itu terjadi.

Kayaknya mau jenguk Fara deh. Kemarin dia pingsan di kelas gue kan ya. Terus kabarnya hari ini dia gak masuk.

Sabrina melemparkan ponselnya ke kolong meja dengan kesal. Tanpa memikirkan jika guru di depan kini sudah mengalihkan pandangannya dari ponsel ke dirinya.

"Sabrina!!"

Sabrina tersentak kaget. Ia menegakkan kepalanya. Kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali saat teman-temannya juga ikut menatapnya.

"Lo banting hp-nya terlalu semangat, tolol," desis Alexa.

Sabrina menoleh menatap Alexa yang satu meja dengan dirinya. Namun, ia tak sempat membalas karena suara Bu Aia di depan sudah mendahului. Membuat Sabrina mau tak mau harus menatap ke depan kembali.

"Apa yang Kamu lempar di kolong meja tadi?"

Sabrina terkesiap, "Buku paket, Bu," bohongnya.

"ITU PONSEL!! Kamu kira ibu tidak tahu?!" Serunya lagi.

Sabrina memejamkan matanya. Meringis dalam hati.

"Jangan berbohong lagi. Ibu tidak suka. Jangan juga bermain ponsel saat jam pelajaran berlang-" Bu Aia tak melanjutkan ucapannya.

Bu Aia berdehem sebentar. Dengan sedikit malu dan canggung, Bu Aia menyimpan ponselnya ke dalam tas. Anak-anak tampak senang melihat itu, bahkan beberapa tampak menahan tawanya. Lantas Bu Aia menatapnya kembali.

Abisso D'amore [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang