24 | Hampir

1.2K 63 6
                                    

Hari pertama berlalu begitu saja. Pagi ini Sabrina serta Wanda dan kedua temannya yang lain berjalan menuju pos makanan untuk mengantri sarapan. Sengaja berjalan di dekat pinggir pantai seraya melihat pemandangan.

Masih dengan berjalan, Sabrina bisa melihat jika ternyata antriannya masih lumayan ramai.

"Eh, menunya apa sih pagi ini?" Tanya Viola di tengah jalan.

"Palingan juga sebelas duabelas kayak kemarin," sahut Zahra mengangkat kedua bahunya acuh.

Tak berselang lama kemudian, tanpa ketiganya bahkan Sabrinda sendiri duga, cipratan air datang tiba-tiba hingga mengenai hampir seluruh baju Sabrina. Hanya Sabrina yang mendapatkan cipratan mendadak itu. Sabrina masih saja terkejut di tempatnya ketika ketiga temannya sudah melebarkan matanya dengan bibir mengatup.

Ketika semuanya masih membatu, suara salah seorang di dekat mereka terdengar mengalun layaknya orang tak bersalah.

"Ups, basah, ya? Sorry, gue gak sengaja tadi hahaha."

Sabrina menatap orang itu tak percaya. Apa-apaan maksutnya tadi?!

Zahra maju lebih dulu. Gadis itu tanpa aba-aba langsung mendorong bahu Fara hingga kaki keduanya sama-sama terendam air laut. Masih untung Fara bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Jika tidak, sudah bisa dipastikan pakaian yang tembus pandang itu tidak akan bisa melindungi lekuk tubuh Fara barang setitikpun.

"Maksut lo nyiram bajunya Sabrina apa, hah?!" Bentak Zahra. Ia bahkan sudah tidak memikirkan jika posisinya di sini adalah sebagai adik kelas.

"Kenapa lo yang nyolot, anjing?!"

Sabrina bukan main terkejutnya ketika Zahra dengan kekuatan penuh langsung mendorong tubuh Fara hingga akhirnya perempuan itu jatuh ke dalam air begitu saja. Sabrina bahkan langsung memekik dan menutup mulutnya.

Fara dengan seluruh pakaiannya yang basah langsung berdiri dengan wajah marah. Tampaknya kain itu sudah tidak ada gunanya di tubuh Fara. Semuanya sudah terlanjur tercetak jelas. Tatapan marah itu memang ditunjukkan kepada Zahra, namun, cipratan air lebih besar ia cipratkan kembali ke wajah bahkan sampai ke baju Sabrina kembali tanpa ada yang menduga.

Wanda dengan sigap langsung mendekati Sabrina yang lagi-lagi dibuat terkejut dan menjauhkannya dari perempuan setan itu. Viola sendiri langsung mendekati Zahra agar gadis itu tidak berbuat nekat seperti tadi.

Belum sempat Fara bereaksi kembali, Aksa sudah datang dengan sorot mata tajam dan rahang mengeras. Lelaki itu langsung melepas hem yang awalnya sebagai pelengkap kaosnya dan memakaikannya ke tubuh Sabrina. Senyum Fara memudar begitu saja. Siapa sangka lelaki itu mau melepas hemnya demi Sabrina.

"Aksa, si setan lebih butuh itu!!" Pekik Wanda melirik tubuh Fara yang bisa dikatakan sudah seperti telanjang.

"Melihat dia yang masih nekat berdiri dengan baju basak kayak gitu gue udah bisa dapet kesimpulan... kalau dia udah gak punya rasa malu lagi."

Sabrina mengerjapkan matanya beberapa kali. Wajah Fara sudah merah padam karena sedari lelaki itu membicarakannya, dia sama sekali tidak melirik tubuhnya.

"Kok lo ngomong gitu, sih, Ak?!" Kesal Fara.

"Lo bahkan rela sekarang tubuh lo dilihat sama orang-orang. Yang penting lo bisa ngelampiasin kemarahan lo ke Sabrina, 'kan? Dan sekarang lo masih mikirin rasa malu lo yang bahkan udah hilang sejak lo ngikutin logika lo sendiri?"

"Lo apaan, sih, Ak. Terlepas dari itu semua, di sini gue yang lebih butuh itu."

Aksa tak menjawab. Hanya memasukkan kedua tangannya di saku celana selututnya dan pergi berlalu begitu saja menuju pengantrian sarapan. Sebelum benar-benar pergi, ia menyuarakan sesuatu.

Abisso D'amore [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang