Tak butuh waktu lama bagi matahari untuk terbenam meninggalkan dirinya setelah hampir seharian menemaninya beraktivitas, layaknya sudah biasa, dengan cuek Sabrina merapatkan sweater ke tubuhnya tanpa memikirkan kembali indahnya matahari terbenam--padahal tadi sempat ia kagum-kagumkan-- yang sebenarnya menjadi alasan Sabrina mandi lebih awal dari peserta lainnya sore tadi. Sesekali ia menatap lurus ke depan dan melempar senyum saat matanya dan mata si musisi yang sedang bernyanyi di sana bertemu. Berhubung si musisi yang dimaksud Galen adalah lelaki itu sendiri yang ternyata jago memainkan gitar ditambah suaranya yang memang bagus dan merdu, Sabrina tetap akan menjaga perasaan Aksa, ia tidak akan menatap Galen sebagai seseorang yang lebih.
Meski begitu, jauh di dasar hatinya ada sesuatu yang mati-matian ia tampik. Sabrina sadar betul akan hal itu, bahwa ia akan selalu nyaman di dekat lelaki itu--si musisi yang sampai detik ini masih sering melempar tatapan dengan segaris senyum tipis kepadanya, yang sayangnya tidak ada yang menyadari selain Sabrina sendiri.
Zahra menyodorkan tusukan sosis ke arahnya yang baru saja dibakar dengan bara yang berasal dari api unggun--yang sekarang tengah mereka kelilingi bersama. Sabrina menerimanya diiringi ucapan terimakasih.
Kegiatan mereka ini masih dibawah naungan pembina. Dan akan bebas bermain-main tanpa jadwal setelah acara api unggun ini dirasa cukup. Bermain-main dalam artian bisa melakukan kegiatan apa saja yang mereka sukai dan inginkan.
Seperti saat ini contohnya. Meski tidak semua, tapi cukup banyak orang yang memutuskan untuk membuat sebuah game. Kalau boleh jujur, Sabrina tidak terlalu suka dengan hal-hal seperti ini, ya meski ujung-ujungnya ia jadi menikmati game itu sendiri.
Selain Sabrina, di antara orang yang mengikuti permainan itu adalah Zahra yang duduk di samping kirinya, diikuti Viola di samping Zahra, kemudian Wanda, Nofa, dengan pacarnya si Bayu, Fajar, Hiro, Ibra, Galen, Aqila, dan yang terakhir adalah salah satu dari beberapa alasan yang membuat Sabrina mau bergabung di sini, yaitu Aksa, yang duduk di samping kanannya.
"Mau permainan yang kayak gimana, nih?" Fajar membuka suara.
"Gue punya ide!" Seru Wanda. "Gimana kalau kita nyebutin beberapa kalimat, emm... minimal 3 kalimat gimana? yang masuk akal ya tapi, kalimatnya terserah, tapi tetep harus nyambung sama yang disebutin sama orang sebelum kita," usulnya.
"Gue setuju. Kasih timer maksimal 3 detik buat ngasih kesempatan satu orang buat jawab kalimatnya," timpal Bayu. Kekasihnya, Nofa, yang duduk di samping Bayu tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk diikuti yang lain, pertanda setuju. "Dan yang menjadi giliran selanjutnya adalah orang yang asal ditunjuk oleh orang yang baru aja menjawab."
"Inget, yang masuk akal ya. Kalau gak masuk akal, atau waktunya melebihi tiga detik, maka kalian harus siap-siap menerima hukuman."
Kata 'hukuman' inilah yang menjadi ketakutan Sabrina bahkan sebelum permainan dimulai. Namun, mau tak mau Sabrina harus tetap mengangguk seperti yang lain ketika mendengar ucapan Hiro, lelaki bertubuh gempal yang mempunyai wajah penuh kewibawaan. Memangnya apa yang lebih seru dari sebuah hukuman di dalam sebuah permainan?
"Ada yang keberatan mungkin?"
Kali ini semua terdiam mendengar pertanyaan Viola. Hanya saling pandang siapa kira-kira yang akan mengajukan saran dan pendapat kembali. Berbeda dengan teman-temannya, Sabrina malah mencuri pandang menatap Aksa di sampingnya dengan hanya menggunakan sinar temaram bulan di atas sana.
Lelaki itu tampak tenang dan datar. Karena tak membalas tatapannya, Sabrina jadi hanya dapat menatap wajah bagian samping lelaki itu. Jujur, lelaki itu berkali-kali lipat lebih tampan malam ini.
"Hukumannya apa?" Tanya Ibra.
"Kena truth or dare, gimana?" Usul Aqila--tampak antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...