5 | Datangnya Kesempatan

1.5K 88 0
                                    

Gadis dengan sepatu putih bermotif mickey mouse itu masih tak melinturkan senyumnya dengan mata yang terus tertuju ke segorombolan cowok yang sedang bermain futsal dengan kaki yang terus berjalan menuju kursi penonton. Tentu saja ada sekat jaring yang memisahkan antara pemain dan penonton.

Bukan ke segerombolannya, Sabrina sebenarnya hanya memfokuskan pandangannya pada cowok dengan kaos dengan nomor belakang 02.

Entahlah, menatap Aksa tanpa henti meski hanya seperti ini mungkin sudah menjadi hobinya entah sejak kapan. Cara berlari, merebut bola, berteriak, bahkan menetesnya peluh cowok itu sama sekali tak luput dari pandangannya.

Tiba-tiba rasa bahagia membuncah di hatinya. Hanya melihat cowok itu lama nyatanya mampu membuat jantung Sabrina berdegup tak karuan. Tak pernah terpikir olehnya bahwa cowok yang pernah membuatnya menangis akan menciptakan pelangi yang indah di hati kecilnya. Perasaan memang tidak bisa...diprediksi.

Lama Sabrina menunggu, akhirnya latihan futsal berakhir juga. Ia berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekat ke tempat dimana Aksa dan teman-temannya menaruh tas dan sedang minum.

Berbeda dengan teman-temannya yang menggodanya dan mensorakinya, Aksa malah terlihat berdecak dan menatapnya tak suka.

"Wah, siapa yang ditungguin permaisuri, nih?"

"Cie, tumben ada member Gadis Populer yang nunggu kita selesai main," celetuk Dika.

Faris yang berada di sampingnya menonyor kepala temannya itu, "Ge-er banget ya lo bilang kita...kita.... Ya pasti kalau gak Aksa ya Tegi yang ditungguin."

"Tegi lagi absen hari ini. Lagi pula bukannya dia juga udah punya pacar di SMA Gantara? Jadi..."

Semua mata langsung beralih ke Aksa yang tampak acuh dengan kehebohan teman-temannya. Merasa jadi tersangka, cowok itu membalas tatapan teman-temannya dengan malas.

"Dia bukan mau nyari gue," ketusnya.

"Aku nungguin Kamu, Aksa." Tukas Sabrina.

Daffa yang melihat itu menggaruk tengkuknya. Apalagi teman-temannya sudah melemparkan tatapan bingung.

"Gue gak butuh lo tunggu." Setelah mengatakan itu Aksa berbalik dan berjalan keluar begitu saja.

Setelah melempar senyum, Sabrina berjalan cepat menyusul cowok itu. Aksa sama sekali tak berhenti ataupun menoleh padahal ia sudah menyerukan nama cowok itu berkali-kali.

Sabrina baru bisa menyusul saat kakinya menapaki parkiran.

"Kamu jalannya cepet banget, sih. Aku capek banget," keluhnya.

Seolah dirinya tak pernah ada, Aksa mulai menyalakan motor besarnya. Sabrina dengan sigap langsung merentangkan tangannya di depan cowok itu.

"Ban mobil aku bocor tadi waktu mau pulang. Makanya aku nungguin Kamu selesai latihan," Sabrina menatap Aksa ragu, "Aku...mau pulang bareng Kamu."

"Gue gak mau. Cari taksi sana!" Tolaknya mentah-mentah.

"Gak ada kendaraan umum yang lewat di depan sekolah kalau jam segini."

"Bareng anak lain aja."

"Aishh, nanti kalau mereka pada kepo kenapa aku nungguin Kamu, terus aku jawab kalau kita pacaran gimana?"

Aksa menatapnya tak habis pikir. "Pesen ojek online sana!"

Sabrina menggeleng, "Gak mau."

"Yaudah. Terserah lo. Gue gak peduli." Aksa mulai menarik gasnya.

Terkejut, Sabrina refleks menahan motor lelaki itu. "Stop!" Teriaknya.

Merasa diberi kesempatan, Sabrina dengan cepat mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian ia pindah ke tasnya Aksa. Tak butuh waktu lama karena ia tahu, Aksa tidak akan suka terlalu lama bersamanya. Mau berhenti sejenak dan membiarkannya menaruh sekotak susu coklat di tasnya saja sudah cukup membuat hatinya senang.

Abisso D'amore [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang