Selamat membaca...
Sabrina melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Kalau bukan karena jadwal ulangan harian besok adalah mata pelajaran yang disukainya, ia akan lebih memilih menonton drama di dalam kelas saja. Ia berniat meminjam buku paket biologi, sebagai penambah pengetahuan dan wawasan kalau-kalau di buku pegangannya tidak ada. Selain biologi, salah satu mapel kesukaannya adalah matematika. Entahlah, ia seperti tertarik setiap kali melihat angka.
"Mbak, please, kasih tahu passwordnya. Satu kali ini aja, deh."
Sabrina yang tengah sibuk mencari buku menoleh spontan ke sumber suara. Dahinya mendadak melipat begitu matanya menangkap sosok Fara sedang memohon di depan pegawai perpustakaan.
Meski tak ingin ikut campur, tapi rasa penasaran membuatnya nekat menguping pembicaraan mereka. Tangannya yang bebas tak tertinggal, berlagak sibuk memilih buku.
"Ya kalau passwordnya enggak di ganti, saya enggak bakal tanya ke Mbak lagi. Ya, kali, satu minggu sekali ganti password," gerutunya.
Sabrina tertawa kecil. Tampaknya ia tahu apa yang membuat Fara marah dan Mbak Riska, pegawai di sana, terlihat jengkel. Dengan membawa satu buah buku pilihannya, Sabrina berjalan mendekati mereka.
"Mbak, aku pinjam buku ini," sela Sabrina, menyerahkan bukunya kepada Mbak Riska.
Dengan tanggap pegawai perempuan itu langsung mencatat apa yang ia pinjam. Baru saja Sabrina akan mengambil kembali bukunya, suara Fara terdengar.
"Sab, maaf nih, ya, ayah lo kan orang kaya, masa iya bagi password wi-fi aja pelit," ketusnya, gadis itu melirik kesal ke arah Mbak Riska meski celetukan itu ditunjukkan kepadanya.
"Pakai wi-fi sekolah yang biasanya, kan, bisa," sahut Sabrina.
"Mana bisa dibuat streaming-an, sih, Sab. Gak asik tahu. Gue sekolah di sini juga bayar, masa fasilitas setengah-setengah."
Sabrina menggelengkan kepalanya. Kalau semua murid dibiarkan seperti itu setiap harinya maka tujuan mereka datang ke sekolah jadi berbeda, susah fokus ke pelajaran juga.
"Yaudah ayo ikut aku," kata Sabrina.
"Kemana?" Heran Fara.
Sabrina mendekatkan tubuhnya ke Fara kemudian berbisik pelan di telinganya. Mbak Riska tampak penasaran.
Mata Fara langsung berbinar.
"Yaudah, ayo cepetan, keburu bel masuk," semangat Fara.
●●●
"Oh, jadi biar cepat nyambung wi-fi, tuh, tempatnya di sini."
Fara melihat sekelilingnya. Ruangan ini sebelumnya belum pernah ada yang membuka kalau tidak salah. Ruangan minimalis tepat di belakang kamar mandi laki-laki. Ada satu set sofa panjang berwarna merah pudar yang sekarang sudah diduduki oleh Sabrina. Ventilasi udara di sini hanyalah gawangan berbentuk jendela berjejer yang tertutupi oleh anyaman besi kecil. Letaknya ada di atas sana.
Fara melotot, bola matanya hampir jatuh ketika melihat ponselnya sudah dipenuhi banyak notifikasi dari berbagai aplikasi, tak lama kemudian ia bersorak kegirangan layaknya anak yang mendapatkan hadiah stiker. Sabrina menggelengkan kepalanya kembali melihat tingkah kakak kelasnya itu.
"Beneran, Sab, kata lo. Wi-fi-nya cepet banget nyambungnya. Duh, enggak nyangka ada surga di belakang toilet," ujarnya menggebu-gebu.
Sabrina tersenyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...