Harapan Sabrina setelah Aksa berubah jadi care dengannya di saat weekend seperti ini adalah lelaki itu yang mengajaknya keluar. Tidak pergi ke bioskop, atau makan di restoran, apalagi berjalan berkeliling mall, setidaknya makan di warung lesehan seperti beberapa waktu lalu Sabrina juga tidak masalah asal bisa jalan berdua.
Lihatlah, sekarang ia hanya duduk-tengkurap-miring-berbaring, dan terus saja seperti itu dengan jari berusaha sibuk menggulir ponsel miliknya. Menstalking akun-akun artis dalam sampai luar negeri, atau membaca quotes-quotes yang bermanfaat bahkan unik. Apalagi jika ada meme, wah, kadang Sabrina bisa geli sendiri.
Menurutnya, melakukan hal-hal seperti itu tidak memakan waktu lama. Namun, jarum jam selalu saja membuktikan jika ia sudah menghabiskan waktu hampir setengah hari untuk hal-hal yang kadang tidak berguna jika tidak bisa mengambil manfaatnya.
Suara ketukan di pintu mampu membuat tangan Sabrina berhenti menggulir akun instagram salah satu artis Indonesia yang baru saja menikah dengan sesama artis. Dikabarkan di stasiun televisi jika mereka terjebak dalam cinta lokasi. Sabrina jadi berfikir, kadang cinta memang semudah itu.
Sabrina membuka pintu kamarnya. Ia menemukan ayahnya sedang berdiri di depan kamarnya dengan tangan membawa sebuah map.
"Ayah," ucap Sabrina.
"Ayah minta tolong sama Kamu,"
Sabrina hanya bisa menerima map di tangan ayahnya kala ayahnya menyodorkannya tanpa bicara.
"Minta tolong apa?" Tanya Sabrina menatap ayahnya.
"Tolong bawakan map itu ke rumah Galen. Ayah Galen menunggu map itu hari ini," balas Shim.
"Galen?"
Shim mengangguk, "Iya."
"Hari ini ayah ada pertemuan dengan beberapa wali murid kelas XII. Ayah minta tolong ya sama Kamu," tambahnya.
Sabrina terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk dan tersenyum tipis, "Iya. Ayah gak usah khawatir, pasti Sabrina antar kok."
Shim tersenyum. "Makasih, ya. Kamu hati-hati di jalan."
"Siap, Yah."
●●●
Sabrina menatap kagum rumah di hadapannya. Tidak begitu luas, namun, cukup menjulang megah.
"Baru pindah, rumah udah sebagus ini," gumamnya. Yang tidak Sabrina sadari adalah faktanya rumah yang ia pikir megah belum ada apa-apanya jika dibanding dengan rumahnya.
Setelah diantar sampai pintu depan oleh satpam, akhirnya ia bisa duduk di sini--di ruang tamu di mana di kursi lain sudah duduk dua orang suami istri yang seumuran dengan ayahnya. Sabrina tidak menyangka jika kehadirannya di sini akan membuat mereka sebahagia ini. Tak tanggung-tanggung, Tante Rani yang tadi mengenalkan diri sebagai ibu dari Galen bahkan sampai meneteskan air mata. Mereka juga menanyakan kabar selayaknya orang yang pernah mengenal. Berbincang-bincang, namun, sejak masuk ke sini, Sabrina belum melihat batang hidung Galen.
"Ini, Om," Sabrina menyodorkan map kepada Om Candra. "Ayah minta Sabrina ngantar ini."
Candra membenahi letak kacamatnya sebelum menerima. Tante Rani sudah keluar sejak beberapa menit yang lalu karena ada panggilan telepon dari rumah sakit tempatnya bekerja yang mengharuskannya pergi karna ada operasi mendadak.
Sabrina jadi kikuk sendiri di sini. Sedikit canggung ketika hanya duduk berdua seperti ini dengan orang yang lebih tua darinya. Sabrina bukan tipe orang yang suka memulai pembicaraan apalagi bertanya untuk sekedar mencairkan suasana. Untungnya setelah menyerahkan map tersebut, Om Candra langsung mendapat panggilan telepon. Sebelum mengangkat, Om Candra juga berpesan agar menganggap rumah ini sebagai rumahnya sendiri. Tidak usah sungkan jika ingin pergi ke ruang keluarga atau ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...