Bukan tentang kamu yang sekarang menghindar kemudian menjauh. Tapi, tentang bagaimana Kamu dulu bisa datang dan membuat hati aku selalu luluh.
●●●
"LO KENAPA, SIH, GAL?!" Kesal Fara. Pasalnya Galen terus saja mengikutinya dan berusaha menghentikan langkahnya.
"Lo yang kenapa?! Bisa gak, sih, gak usah ngegas ngomongnya. Gue gak bakal baper sama mantan meskipun bicaranya sehalus kapas sekalipun. Heran, deh."
Fara menghentikan langkahnya. Ia menghadap Galen tak percaya, "Terus lo pikir gue yang bakal baper sama lo?! Jadi mantan aja bangga." Ia sedikit mencibir.
"Bangga? Gue bahkan makin muak lihat sikap lo ke Aksa." Galen tersenyum miring.
"Kenapa? Lo cemburu?"
"Alasan yang membuat gue cemburu? Gue sama lo udah putus hampir tiga tahun yang lalu. Mirisnya, nama lo bahkan udah gak ada lagi di ingatan gue."
Fara menggertakkan giginya, "Mau lo apa, sih?! Lo harusnya tau, di sini gue yang selalu jadi korban. Dan gak seharusnya lo marah-marah ke gue setelah apa yang lo lakuin di masa lalu."
"Lo tanya apa mau gue? Jangan paksa Aksa. Gue sama lo tahu betul Aksa gak suka dipaksa. Kenapa lo masih gak mikir, sih?"
"Hak lo apa bilang gitu? Gue lebih berhak ngatur jalan hidup gue sendiri," Fara menjeda.
"Gue kira kita semua memang udah sahabatan dari kecil. Ternyata gue salah. Kayaknya bukan Aksa doang yang gak pernah nganggap gue sebagai sahabat. Tapi, juga lo."
"Gue gak ngatur hidup lo. Gue cuma kasihan sama Aksa. Lo tahu, gue kenal Aksa lebih dari yang lo kira." Ucap Galen.
Fara tertawa sumbang, "Terus aja bilang gitu seakan-akan gue gak pernah hadir di kehidupan kalian,"
Fara melanjutkan, "Dan lo mau gue biarin Sabrina dapetin Aksa gitu aja di saat gue udah berjuang mati-matian buat dia? Iya? Itu yang lo mau?! Lo egois tau gak. Lo ngomong seakan-akan Aksa lebih tersakiti daripada gue. FAKTANYA GUE JUGA SESAKIT ITU, GAL!!" Fara sedikit berteriak. Napasnya memburu. Matanya bahkan sudah memerah. "Dan sikap lo yang berubah kayak gini yang ngebuat gue jadi sadar, rasa sakit yang diberikan Aksa ke gue bertahun-tahun ternyata gak ada apa-apanya dibanding waktu gue tau kalau lo macarin gue cuma karna mau manfaatkan situasi."
Fara bahkan sudah tak peduli satu atau dua orang akan mendengar percakapan mereka di koridor.
Galen tahu, tadi Aksa menolak Fara pulang bersamanya setelah kejadian gila tadi. Sehingga gadis itu sempat memilih berjalan keluar sekolah sendirian untuk menunggu angkot.
Namun, entah kebetulan yang menguntungkan, tiba-tiba Fara kembali memasuki sekolah. Sepertinya ada yang tertinggal. Saat berjalan di koridor Galen mengikutinya. Ia perlu bicara. Dan jadilah mereka seperti ini.
Merasa belum puas, Fara melanjutkan, "Seharusnya lo dulu gak usah ikut campur masalah gue meskipun dari kecil kita udah hidup di lingkup yang sama. LO MELAKUKAN APAPUN DEMI AKSA, BAHKAN TEGA KALAU GUE MENGORBANKAN PERASAAN GUE SENDIRI SEKALIPUN!! LO GAK MIKIR, HUH, SEJAUH APA GUE SAKIT?!!"
Fara masih berteriak frustasi saat Galen malah dengan santainya memasukkan kedua tangannya di saku celana dan menatapnya dengan senyum tanpa dosa.
"Bilang aja kalau lo selama ini gak pernah cinta, 'kan, waktu pacaran sama gue? Ada nama perempuan lain di hati lo, gue tau. Gue cuma sebagai media perantara terimakasih lo untuk Aksa, 'kan?" Fara berucap lirih. Tatapannya sayu.
Galen tersenyum miring. Sedikit menunduk-Fara hanya sebatas lehernya. "Jadi lo udah sadar? Tapi kalau gue bilang waktu kita pacaran gue pernah jatuh cinta sama lo gimana? Lo bakal percaya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisso D'amore [Completed]
FanfictionSeharusnya Sabrina sadar, masuk ke kehidupan lelaki sedingin Aksa sama saja dengan menentang sebuah resiko. Namun, apapun demi mimpinya, begitu dulu prinsipnya. Rela dengan segala konsekuensi, termasuk membiarkan hatinya diam-diam jatuh dalam pesona...