Bagian 4 ✅

3K 171 39
                                    

"Dava yang mana kak?" tanyanya sedikit takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dava yang mana kak?" tanyanya sedikit takut. Ia berharap bukan Dava yang ada dipikirannya saat ini.

"Lo bisa tunggu disini bentarkan. Lagian kalian habis ini free class. Jadi tunggu aja bentar disini. Entar gue tunjukin yang mana namanya Dava," ujar Aura membuat Ailita semakin takut. Setelah lama menunggu akhirnya Dava dan ke dua temannya pun masuk ke kelas.

"Nah ini dia yang namanya Dava." Aura menunjuk Dava.

Ailita melihat ke arah tunjukan tangan Aura, sontak membuatnya kaget. Ternyata Dava lah yang dimaksud oleh Aura tadi. Ia benar-benar merutuki dirinya kali ini.

Dava yang merasa namanya di panggilpun menoleh ke arah Aura. Ia sedikit terkejut melihat Ailita yang ada didalam kelasnya. Ia berfikir kalau Ailita mengikutinya.

"Lo ngapain disini?" tanya Dava mengarah ke Ailita. Ailita hanya diam dan tak mau menjawab perkataan Dava.

"Oh gue tau, pasti lo mau ngikutin gue kan?" godanya pada Ailita.

"Sembarang lo! Gue kesini mau daftar eskul drama."

"Tunggu tunggu, jadi kalian udah saling kenal?" tanya Aura.

"Gak!" sergah Ailita dengan cepat.

"Iya kita saling kenal Ra. Dia gebetan gue sekarang." Ailita langsung membulatkan kedua bola matanya dan menatap tajam ke arah Dava.

"Oh bagus dong. Semoga cepet jadian." kata Aura terkekeh kecil.

"Permisi kak. Kita ke kelas dulu." Setelah tidak ada lagi yang akan dibicarakan, Ailita pun menarik tangan Balqis dan berjalan menuju kelas mereka.

Ailita berjalan dengan keadaan wajah yang di tekuk. Ia masih sangat marah dengan Dava, seenaknya saja ia mengatakan bahwa Ailita adalah gebetannya. Bahkan kini keduanya sudah sampai dirumah dan Ailita tetap saja menekuk wajahnya. 

"Lit jangan di tekuk mulu tu muka,"
bujuk Balqis.

"Biarin. Gua kesel banget sekarang!" jawabnya cuek.

"Jangan di tekuk, nanti manisnya ilang lho," goda Balqis menaikkan dagu sahabatnya yang manis itu.

Mendengar perkataan Balqis, Ailita pun merasa bahwa moodnya sudah kembali kali ini. Ailita mulai tersenyum dan menatap senang ke arah Balqis.

"Makasih Kis, lo selalu ada buat gue." Kali ini suara Ailita berubah menjadi sendu. Balqis memeluk Ailita ke pelukannya yang sudah pasti dibalas oleh Ailita.

"Lo janji jangan ninggalin gue ya?" Ailita mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Balqis. Begitu juga dengan Balqis, ia juga mengeratkan jari kelingkingnya ke jari Ailita.

• • •

Disaat malam hari tiba, kedua sahabat itu memutuskan untuk pergi berjalan-jalan ke mall. Mumpung diskon kemarin belum habis, jadi mereka akan memborong beberapa barang lagi.

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang