Bagian 20 ✅

1.7K 96 7
                                    

"GILA GUE NGGAK NYANGKA, BARU DI TAHUN INI GUE BISA NGERASAIN JADI PANITA PENSI, BARENG NAYA PULA!" teriak lelaki bergigi gingsul yang baru saja sampai di ruang guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GILA GUE NGGAK NYANGKA, BARU DI TAHUN INI GUE BISA NGERASAIN JADI PANITA PENSI, BARENG NAYA PULA!" teriak lelaki bergigi gingsul yang baru saja sampai di ruang guru.

Mereka semua lantas menoleh ke arah sumber suara, ternyata Maxine, Delvin, Arga dan Dava juga ikut datang ke ruangan guru.

"Toa lo, Max!" kata Dava memukul pelan bahu Maxine.

"Pak saya nggak mau deh kalau nenek lampir juga ikut jadi panitia," aduh Delvin pada guru itu.

Balqis terkejut, "Lo pikir gue mau jadi panitia pensi bareng lo?!" sahut Balqis melirik sinis Delvin.

"Delvin, kita kekurangan panita jadi bapak harap kamu bisa berpartisipasi dalam acara nanti."

"Kalau nggak karena disuruh juga gue nggak bakalan mau!" ketus Balqis.

"Gue juga ogah bareng lo!" balas Delvin.

"Gue lebih ogah!" sahut Balqis.

"Gue paling ogah!"

"Ngajak ribut lo?!"

"Kok nyolot?!" sewot Delvin.

"Lo duluan yang nyolot!"

"LO!"

"LO!"

"DASAR MULUT ROMBENG!"
"DASAR UPIL BADAK!"

"SUDAH-SUDAH HENTIKAN! STRESS BAPAK MENGHADAPI KALIAN BERDUA!" lerai Guru seni dengan berteriak.

Guru Seni Musik itu memijit pelipisnya, mungkin sebentar lagi ia akan mengidap penyakit stroke jika terus-terusan melihat anak murid yang seperti ini.

"Dia diluan pak!" ucap Delvin dan Balqis bersamaan.

"KOK LO NGIKUTIN GUE SIH?!" Bersamaan lagi.

"LO?!"

"Tuh kan kompak lagi. Jangan-jangan lo berdua jodoh lagi?" ujar Maxine sudah gila.

"Sarap!" sarkas Delvin.

Semua orang disana menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah aneh Delvin, Balqis dan Maxine.

"Bang Delvin jahat! Maxine jadi nggak suka dech!" ucap Maxine dengan dimanja-manjakan.

"Mimpi apa gue punya dua sahabat sinting kayak lo pada? Emang cuma gue sama Arga doang yang waras!" ujar Dava lalu pergi keluar meninggalkan ruangan tersebut.

"Woi Dava! Elah, baperan dianya!!" teriak Maxine lalu ikut menyusul Dava yang diikuti Delvin dan Arga dari belakang.

• • •

Davaaldr
(2 pesan masuk)

Ailita mengerutkan dahinya. Baru saja ia membersihkan tubuhnya yang begitu lengket sepulang sekolah tadi, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan notif yang ada di ponselnya. Tangannya tergerak untuk membuka isi pesan dari Dava.

Davaaldr
|| P

Ailitactrsa
Dpt ID gue dri mn?||

Davaaldr
Balqis

(Read)

Ailita menghela nafas kasar. Sudah ia duga kalau Balqis yang akan memberikan id nya pada Dava. Ingin rasanya Ailita mencampakkan Balqis ke sumur got sekarang juga.

"BALQIS!!" teriak Ailita sambil menuruni anak tangga sekaligus mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Nggak usah teriak-teriak Lita! Gue denger, gue nggak punya masalah dibagian kuping jadi kuping gue ini masih berfungsi dengan baik," jawab Balqis dengan ocehannya.

"Lo kasih ID gue sana Dava?"

"Hehehe, sorry soalnya dia maksa," jawab Balqis cengengesan.

Ailita mendengus kesal dengan mendudukan tubuhnya dikursi sofa ruang tv. "Seharusnya nggak usah Kis."

"Dia minta sekaligus ngancem ya gue takut lah."

"Btw gue bosen, main kerumah Naya yuk!"

"Hayuk lah gaskan!"

Dengan semangat keduanya pergi bermain ke rumah Naya. Seperti biasa, mereka pergi naik taksi kerumah Naya yang terletak tidak terlalu jauh dari rumah Ailita dan Balqis. Setelah sampai keduanya langsung mengetuk pintu rumah mewah itu dan dibuka langsung oleh Naya.

"Ailita! Balqis!" sapa Naya tersenyum gembira.

"Ayo masuk," ajaknya pada kedua sahabatnya.

Ailita dan Balqis tersenyum kecil lalu mengikuti Naya masuk kedalam rumahnya. Ailita sempat terkejut karena kehadiran Arga dirumah Naya. Sangkin antusiasnya ingin bermain kerumah Naya, ia sampai lupa kalau Arga untuk sementara tinggal dirumah sahabatnya itu.

"Eh, ada kalian ternyata. Ayo duduk!" ajak Leo yang dijawab senyum kecil oleh keduanya.

Ailita dan Balqis duduk dengan tenang di sofa ruang tamu Naya. Ah sebenarnya hanya Balqis saja yang tenang, Ailita tidak begitu tenang karena sedari tadi Arga terus melirik kearahnya. Ia jadi semakin canggung dan tak mengerti harus membahas apa.

"Jadi kalian gabut makanya kesini?" tanya Naya terkekeh kecil.

"Ailita gabut katanya," jawab Balqis ikut tertawa.

"Nay a-acara pensi kapan?" tanya Ailita gugup.

"Kalian pensi?" tanya Leo yang dijawab anggukan dari Naya.

"Dua minggu lagi, lo udah latihan?" tanya Naya.

"Lagu aja belum ditentuin sama mereka, begimane mau latihan Nay," timbrung Balqis.

"Belum nanya Dava?"

"Nggak minat juga, kalo bukan karena disuruh juga gue nggak mau bareng dia," ujar Ailita lesu.

"Ailita," panggil Arga membuat semua orang menoleh kearahnya.

"Apa?" jawabnya datar.

"Luka lo udah sembuh?" tanya Arga lembut.

Sedikit tertegun, hanya sedikit. Ailita sedikit tertegun karena perhatian Arga padanya. Baru kali ini diperhatikan oleh seorang abang, ternyata begini rasanya.

"Luka apa?" tanya Leo kepo.

"Kemarin kena kuah bakso," jawab Naya yang diangguki Balqis.

"Udah sembuh?" ulang Arga kembali bertanya.

"Udah," jawabnya singkat.

Arga tersenyum kecil, setidaknya Ailita mau membalas ucapannya walaupun singkat.

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang