Bagian 39 ✅

1.1K 73 0
                                    

"Gue bukan adik sepupunya aja bodoh! Gue bakalan jadi tunangannya Dava! Orang tua gue dan Dava bakalan jodohin kita berdua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue bukan adik sepupunya aja bodoh! Gue bakalan jadi tunangannya Dava! Orang tua gue dan Dava bakalan jodohin kita berdua. Dan LO! Lo harus keluar dari hidup Dava!"

Sedari tadi, Ailita terus mencerna perkataan Evelyn. Perkataan yang sangat menyakiti hatinya. Untuk apa ia memperjuangkan cintanya, jika cinta itu akan menjadi milik orang lain. Itu artinya Ailita akan menjaga jodoh orang lain, hal bodoh apa lagi yang harus ia lakukan?

"Ailita!" Hingga satu tepukan di bahunya menyadarkan diri Ailita dari lamunannya.

"Eh, iya Kis?'

"Temenin gue ke makam bokap nyokap gue yuk, entar sekalian lo ziarah ke makam bokap dan nyokap lo juga," ucap Balqis.

Ailita mengerutkan dahinya, kenapa Balqis tiba-tiba mengajaknya untuk ke sana. "Tapi Kis, kayaknya kita bulan lalu barusan ziarah," ucap Ailita.

"Nggak papa, gue cuma mau ziarah aja. Kalau lo mau ziarah juga nggak papa, gue tungguin kok." Ailita mengangguk setuju kemudian bersiap-siap untuk pergi.

Sesampai di tempat pemakaman umum, keduanya pun turun dari mobil. "Ayo Ailita!" ajak Balqis yang sudah turun dari mobil sambil membawa bunga untuk kuburan Ayah dan Ibu nya.

"Iya, ayo," kata Ailita yang sudah membawa bunga lily kesayangan Mama nya.

"Gue tinggal nggak papa kan Lit?" tanya Balqis yang ingin melangkah ke arah makam kedua orang tuanya.

Ailita tersenyum lalu mengangguk pelan. Ailita menatap nanar punggung Balqis yang sudah menjauh darinya. Kedua orang tua mereka di kuburkan di tempat pemakaman yang sama. Ailita melangkahkan kakinya menuju makam kedua orang tuanya.

Hingga saat ia sampai, ia mengerutkan dahinya. Ailita bingung karena ada seseorang yang tengah berjongkok di makam kedua orang tuanya. Seorang lelaki.

Ailita memperhatikan gerak-gerik orang tersebut, hingga gadis itu memberanikan dirinya untuk mendekat. Postur tubuhnya yang tinggi dan berkulit putih. Sepertinya Ailita pernah melihat orang ini, tapi dimana?

"Ma, Pa, Arga udah nemuin adik perempuan Arga. Namanya Ailita kan?"

Degh!

Mata Ailita membola mendengar suara yang amat familiar di telinganya belakangan ini. Tubuh Ailita serasa kaku untuk di gerakkan, alhasil ia hanya diam dan mendengarkan semua perkataan dari lelaki itu.

"Adik Arga cantik lho Ma hehe, Arga seneng punya adik perempuan kayak Ailita. Udah lama Arga nyariin dia Ma, akhirnya dapet juga. Mama sama Papa kenapa nggak bilang kalo Arga tuh sebenarnya punya adik perempuan? Kan Arga juga mau punya adik Ma," ucapnya sambil menaburkan beberapa bunga yang indah di makam kedua orang tuanya.

"Mama tau nggak Ma? Kalo adik Arga itu sifatnya cuek banget sama Arga. Dia masih nggak percaya kalo Arga itu abang kandungnya. Arga pengen banget dipanggil abang sama Ailita."

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang