Bagian 33 ✅

1.3K 83 1
                                    

"Iya," jawab Dava cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya," jawab Dava cepat.

"Sabar Ailita sabar, kalo nggak inget suasana udah gue tonjok lo Dav!" batin Ailita geram.

Mendengar kata Pacar membuat hati Evelyn semakin sakit, gagal sudah niatnya ingin mendekati Dava. Evelyn hanya menampilkan senyum kecutnya lalu pamit pergi.

Tiba-tiba Dava merasakan bagian kepalanya berdenyut hebat, sakit di bagian perutnya mulai menjalar. Perlahan ia memijit pelipisnya dengan pelan namun hasilnya sama saja.

"Dav gue--- muka lo kok pucet gitu Dav? Lo baik-baik aja kan?" panik Ailita karena menyadari perubahan wajah Dava yang semakin lama semakin memucat.

Dava menoleh, "Gue baik-baik aja kok," ucapnya terkekeh kecil.

Tangan Ailita terulur menyentuh dahi Dava dan alhasil Ailita terlonjak kaget. Dahi Dava sangat panas, mungkin Dava demam? "Lo sakit Dav? Ayo kita ke UKS dulu."

Ailita tak memperdulikan omelan Dava yang terus-terusan keluar dari mulut, gadis itu tetap membawa Dava ke UKS. Ia takut kalau Dava kenapa-napa.

Untuk urusan Dava, dokter lah yang akan memeriksa kondisinya. Di sekolah mereka memang ada Dokter khusus untuk memeriksa murid-murid yang sedang sakit.

"Gimana dok?" tanya Ailita terlihat khawatir.

"Dava terkena penyakit maag. sepertinya Dava suka telat makan, minum kopi hingga berlebihan atau mungkin merokok," ujar Dokter itu.

"Lalu obat dan cara mencegah penyakitnya apa dok?" tanya Ailita.

"Tenang saja obatnya sudah saya sediakan. Ini dia obatnya, oh ya kamu hanya perlu memperhatikan pola makan Dava. Jangan sampai Dava terlambat makan, dia juga harus mengurangi minum kopi dan rokok nya."

Ailita mengangguk paham. "Baik Dok."

Gadis itu berjalan duduk di samping ranjang UKS Dava. Tangannya ia ulurkan untuk menggenggam tangan Dava, tangan Dava dingin. Ailita mengelus pelan telapak tangan Dava, memberikan sedikit sensasi hangat pada tangan lelaki itu. Lalu tiba-tiba saja Dava tersadar, matanya terbuka perlahan.

"Gue dimana?" tanya Dava sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut walau tak sesakit sebelumnya.

"UKS."

"Gue mau pulang aja, gue nggak bisa tenang kalo disini," ujar Dava bangkit dari ranjang UKS.

"Lo serius bisa pulang sendiri?" tanya Ailita.

Dava tersenyum jahil kearah Ailita.

"Lo yang anterin gue ya," pinta Dava.

"G-gue?" tanya Ailita menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.

"Iya lah, jadi siapa lagi coba? Bu Dini? Nggak mungkin kan," kata Dava.

"Terus lo pulangnya gimana? Tadikan lo anter gue naik motor, ya kali gue bakalan boncengin lo naik motor sport lo, mendingan gue anter lo naik taksi aja," cerocos Ailita.

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang