Bagian 5 ✅

2.7K 163 44
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue nggak takut anjing! Lo laporin aja sana! Dan ingat satu hal, lo jangan lupa kalau gue anak pemilik sekolah ini, So? gue nggak akan takut sama siapa pun! Sama elo maupun sama sekolah ini!" teriak Dava marah.

Adli yang tadinya berjalan pun berhenti sejenak dan berfikir tentang perkataan Dava. Seperkian detik kemudian ia tetap yakin kepada keputusannya, ancaman Dava tidak akan mematahkan semangatnya untuk berbuat keadilan. Maka dari itu ia pun tetap melanjutkan langkahnya ke ruangan BK.

Ailita dan Balqis yang menyaksikan semua itu di depan mata kepala mereka sendiri pun hanya bisa terbengong. Mereka berdua hanya menggeleng-gelengkan kepala saat melihat Dava dan teman-temannya.

Dan 3 menit kemudian pun

"Dava, Delvin, dan Maxine kelas 12 IPS 1 di panggil ke BK!" Panggilan melalui pengeras suara itu pun membuat Dava dan kedua temannya berdecak kesal.

Lalu akhirnya mereka bertiga mendapat panggilan ke ruangan BK. Dava dan kedua temannya itu masuk ke ruang BK dengan santai, seperti tidak melakukan kesalahan apapun.

Disinilah Dava, di ruangan BK. Dava menatap sinis ke arah Adli, begitu juga sebaliknya.

"Dava, kenapa kamu main basket dengan ceroboh? Kamu bahkan sering membuat siswi lain terluka gara-gara bola basket kamu dan membuat kaca jendela kelas lain pecah!" ujar Guru BK itu dengan intonasi lantang.

Dava hanya mendengar ocehan guru BK itu tanpa mau menjawab sedikit pun, ia malah memutar malas bola matanya.

"Buk, nggak gitu kejadian nya," sahut Delvin.

"Jadi gimana lagi coba?!" tanya Adli.

"Diam lo! Banyak bacot lo!" sambung Dava yang emosinya mulai terpancing.

"Dava! Bahkan di depan ibu pun, kamu masih sanggup bertengkar dengan Adli?!" Guru itu membentak Dava.

"Gini buk, tadi itukan--"

Dengan tidak sengaja, Dava melihat ke arah kedua cewek yang sedang berjalan di depan ruangan BK. Itu adalah Ailita dan Balqis. Seketika ide cemerlang muncul dipikirannya agar ia terbebas dari guru BK yang menyebalkan itu.

"Tunggu Vin!" Dava memotong pembicaraan Delvin dan melangkah keluar ruangan BK.

Dengan santai ia menarik tangan Ailita dengan tiba-tiba. Ailita dan Balqis terkejut namun keduanya hanya bisa diam, Dava langsung membawa Ailita masuk ke ruangan BK. Sedangkan Balqis menunggu di luar dan terbengong.

"Nih buk! Ini saksinya. Dia tau semuanya." Dava mendorong pelan punggung Ailita ke arah Guru BK itu.

"Ya Allah! Cobaan apa lagi yang engkau berikan padaku," ucap Ailita dalam hati. Ia tidak mengerti harus mengatakan apa di depan semuanya.

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang