Bagian 41 ✅

1.2K 70 0
                                    

Berbeda dengan Ailita, gadis itu seakan tampak tenang saat menaiki wahana itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbeda dengan Ailita, gadis itu seakan tampak tenang saat menaiki wahana itu. Ya Ailita hanya sedikit terkejut saja saat tiba-tiba dirinya serasa di lempar ke atas, namun perlahan ia sudah terbiasa.

Akhirnya Dava dan Ailita selesai menaiki wahana yang membuat jantung Dava hampir copot. Lihat saja keadaannya sekarang, wajahnya pucat serta keringat dingin membasahi pelipisnya.

Ailita terlihat menahan tawanya melihat Dava yang hampir saja mati saat menaiki wahana gila itu.
Dava sekarang merasa mual sesudah menaiki wahana itu. Ia menarik tangan Ailita agar duduk di bangku yang ada di dekat danau.

"Kamu kenapa? kamu sakit? Maafin aku Dav, aku kira kamu tahan naik ke itu," ucap Ailita dengan khawatirnya.

Dava kembali memancarkan aura semangatnya, entah kenapa rasa mual di tubuhnya hilang karena mendapat perhatian dari Ailita. "Ciee perhatian," goda Dava menoel-noel pipi Ailita.

Blushing! Itu yang dirasakan gadis itu, namun dengan cepat ia mengganti topik pembicaraannya.

"Kamu mau naik apa lagi?" tanya Ailita mengalihkan pembicaraan.

"Terserah kamu, aku mah nurut aja sebagai ayah dari anak-anak kamu nanti," ucap Dava dengan nada menggoda.

"Apasih ngawur!"

Dava terkekeh kecil. "Gimana kalau kita naik bianglala?" usul Dava yang diangguki Ailita.

Wahana Bianglala, kesinilah Dava mengajak Ailita. Mata Ailita berbinar ketika melihat beberapa lampu Bianglala yang kerlap kerlip berwarna warni, sangat indah pikirnya.

"Naik ini?" ajak Dava yang di balas anggukan dan senyuman termanis Ailita.

Kemudian Dava dan Ailita pun menaiki wahana Bianglala yang penuh dengan lampu warna warni itu. Dari atas pemandangan tampak indah, Ailita bisa melihat semua yang berada dibawah, sungguh pemandangan yang sangat indah jika di lihat dari atas.

Dava bahkan tidak tertarik untuk melihat pemandangan dari atas, menurut nya melihat wajah Ailita sepanjang hari bisa membuat hari-harinya berwarna.

Ailita yang merasa di perhatikan pun menoleh ke arah Dava, dan Dava tertangkap basah sedang memperhatikan wajah Ailita dari tadi. Tatapan keduanya bertemu dan saling tatap menatap. Keduanya terhanyutkan dengan tatapan mata mereka masing-masing.

Hingga akhirnya Ailita sadar lalu memalingkan wajahnya ke arah lain, ke arah pemandangan yang indah.

"Pemandangan nya indah ya Dav," ucap Ailita membuka pembicaraan.

"Lebih indah kamu."

"Kamu gombal mulu, receh pula!"

"Siapa yang gombal? Aku beneran kok, lebih indah juga Princess nya Dava," balas Dava dengan kekehannya. 

"Receh Dav receh," ucap Ailita tertawa kecil.

Setelah puas bermain wahana Bianglala, keduanya mencari taman yang di dekat Danau yang biasanya di duduki oleh para remaja. Taman hiburan ini memang di design sangat indah, mereka menyediakan taman asri seperti sedang duduk di hutan yang di pinggirnya terdapat danau yang indah.

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang