Bagian 25 ✅

1.5K 90 2
                                    

Bagi sebagian siswa belajar matematika memanglah menyenangkan, tapi tidak bagi lelaki humoris bergigi gingsul yang baru saja keluar dari ruangan kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagi sebagian siswa belajar matematika memanglah menyenangkan, tapi tidak bagi lelaki humoris bergigi gingsul yang baru saja keluar dari ruangan kelasnya.

Setelah bel istirahat berbunyi ia langsung bersemangat untuk pergi ke kantin. Walaupun ia tidak mahir di bidang matematika bukan berarti ia tidak pandai. Maxine pandai dibidang pelajaran lain contohnya Sosiologi dan Geografi.

"Gila, bisa botak rambut gue belajar Matematika," ocehnya didepan pintu kelas.

"Matematika itu gampang," kata Arga membuat Maxine melotot tidak setuju.

"Fiks, lo psikopat!"

"Jadi kantin nggak nih?" tanya Delvin.

"Gaslah," jawab Maxine.

"Duluan aja, gue ke kelas Evelyn dulu," ucap Dava lalu bergegas pergi ke kelas Evelyn.

Maxine mencebik kesal, bosan sekali rasanya mendengar nama Evelyn terus menerus. Ia menahan lelaki itu sebelum pergi ke kelas Evelyn.

"Evelyn mulu sampe lupa kalo lo punya sahabat, punya gebetan. Nggak bosen lo jadi babunya dia?" ucap Maxine. 

Dava mengernyit bingung sekaligus kesal dengan perkataan sahabatnya barusan. "Lo ada masalah apa Evelyn, Max?! Kesalahan apa yang dibuat Evelyn sampe buat lo sinis banget ngeliat dia?!" balas Dava tersulut emosi.

"Buka mata lo Dava buka! Gara-gara adek sepupu lo itu, lo jadi jarang ngumpul! Lo jarang nimbrung kalo kita cerita! Satu lagi, Ailita noh nangis di parkiran ngeliat lo jalan sama Evelyn!" ujar Maxine menggebu-gebu.

"Udah-udah, stop lo berdua!" relai Delvin pada keduanya.

"Biarin, biarin aja Vin! Biar pikiranya dia terbuka, biar nggak tolol lagi!" Setelah mengatakan itu dengan segala emosinya, Maxine pergi ke kantin.

Begitu juga dengan Dava, lelaki itu tetap melanjutkan langkahnya yaitu pergi ke kelas Evelyn. Delvin dan Arga menghela nafas, lebih baik mereka mengejar Maxine dari pada mengejar Dava.

Mengejar Dava sama saja melakukan hal bodoh, karena Dava tidak akan pernah mau menurut kepada siapa pun. Dava mengacak rambutnya dengan kasar. Sungguh ia benci dengan situasi seperti ini.

Dava menghela nafas lalu melangkahkan kakinya ke arah kelas Evelyn. Dan benar saja ia melihat Evelyn sudah menunggunya di pintu kelas. Senyum gadis itu mengembang saat Dava datang menghampiri diri nya.

"Hai!" sapa Evelyn bersemangat.

"Kantin?" ajak Dava.

"Gue udah nunggu dari tadi, cuma mau bilang kalo gue ke kamar mandi, lo duluan aja. Btw chat gue nggak lo bales jadi tetep gue tungguin," ujarEvelyn.

Dava tersenyum kecil lalu mengangguk. "Gue dikelas tadi, yaudah gue duluan Vel," kata Dava lalu pergi.

Ia tidak ke kantin melainkan ke rooftop. Kalau ia ke kantin pasti akan bertemu dengan Maxine, maka dari itu Dava memilih untuk ke rooftop.

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang