Bagian 42 ✅

1.1K 65 0
                                    

"Itu bagus dong, kamu nggak perlu tinggal di apartemen kamu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Itu bagus dong, kamu nggak perlu tinggal di apartemen kamu lagi. Kamu bakalan tinggal di rumah kamu sama Mama dan Papa kamu," ujar Ailita.

"Bukan itu, tapi Mamanya Evelyn bakalan tinggal di rumah aku. Dia bakalan tinggal disitu karena anaknya ada disitu," ucap Dava lesu.

Mendengar kata Evelyn membuat otak Ailita terngiang dengan perkataan gadis itu saat di loker sekolah.

"Gue bukan adik sepupunya aja bodoh! Gue bakalan jadi tunangannya Dava! Orang tua gue dan Dava bakalan jodohin kita berdua. Dan LO! Lo harus keluar dari hidup Dava!"

Tunangan? Kebahagiaan yang baru saja di rasakan Ailita lenyap begitu saja setelah mengingat perkataan Evelyn. Dirinya bahkan tidak percaya kalau cintanya dan Dava akan bertahan dengan lama.

Dava menatap wajah Ailita lekat-lekat, memperhatikan setiap inci wajah Ailita yang menyiratkan sebuah ke khawatiran. Di genggamnya tangan Ailita lalu menarik dagunya agar menoleh ke arahnya.

"Hei? Kamu kenapa? Kok diem? Aku salah ngomong ya?" tanya Dava lembut.

Ailita tersenyum dan menggeleng sebagai jawabannya. Terpaksa dirinya harus berbohong dengan Dava. Ailita tak ingin kalau Dava tau seberapa kejam adik sepupunya itu padanya.

"Nggak."

"Serius? Tadi kamu kok diem?"

"Nggak papa kok, aku cuma kepikiran Balqis di rumah," jawabnya dengan senyuman agar Dava yakin padanya.

"Menurut kamu, aku harus pindah ke rumah atau nggak?"

"Harus dong," jawab Ailita mantap, bahkan dia mengatakannya tanpa harus berfikir lama.

"Tapi nanti Mama nya Evelyn bakalan ngatur-ngatur aku buat anter jemput Evelyn. Terus bakalan ngatur aku nurutin semua kemauan Evelyn," adu Dava dengan raut wajah kesalnya.

"Terus?"

"Terus aku nggak bisa berduaan sama kamu lah!" gemas Dava.

"Nggak papa, lagiankan Evelyn itu adik sepupu kamu."

"Gini aja deh, besok kamu ikut aku ke rumah ya? Aku bakalan kenalin kamu ke Mama Papa aku, biar mereka nggak bisa nyuruh-nyuruh aku buat nganterin Evelyn lagi."

Ailita menghela nafas, tersenyum dan mengangguk sebagai jawabannya. Lagian dia juga belum pernah melihat kedua orang tuanya Dava. "Makasih sayang."

• • •

"Balqis!!!" panggil Ailita mengetuk-ngetuk pintu rumah tingkat dua tersebut.

"Balqis buka pintunya!!" Ternyata Balqis mengunci pintu rumah, astaga.

"BALQIS CORDELIA AILEEN!!!" teriak Ailita dengan tangan yang masih setia menggedor pintu rumahnya.

"IYA AILITA!! BALQIS YANG CANTIK UNYU-UNYU BIN IMUT DATANG!!" Jawab Balqis dengan berteriak juga kemudian membuka pintu rumah.

"Lo tidur Kis? Tumben lo tidur jam segini," ucap Ailita masuk ke dalam rumah dan menaiki anak tangga bersama Balqis.

"Nggak, gue nggak tidur," jawab Balqis yang sudah sampai di kamar.

"Terus?"

"Nih." Balqis menunjukkan beberapa kertas yang berserakan di tempat tidurnya.

"Apaan tuh Kis?" Ailita mendekat dan duduk di bibir ranjang.

"Susunan acara untuk pensi nanti, terus beberapa surat yang harus di tandatangani kepala sekolah," ujar Balqis dengan tangan yang masih berkutat dengan kertas-kertas tersebut.

Balqis masih sibuk dengan kertas-kertas yang sedari tadi dia pegang. Sedangkan Ailita sibuk merangkai beberapa lagu yang akan ia bawakan untuk acara pentas seni nanti.

"Kis lo masih lama lagi?" tanya Ailita yang sudah menutup beberapa oret-oretannya.

"Ini bentar lagi siap, 5 menit lagi kok," jawab nya dengan mempercepat pekerjaannya.

"Kis," panggil Ailita yang kini dirinya sudah ia rebahkan di kasur kesayangannya.

"Apaan?"

"Lo besok jadi ke taman belakang sekolah?" tanya Ailita.

"Jadi lah! Gue mau liat siapa yang udah ngerjain gue lewat pesan yang nggak bermutu kayak gitu!"

"Lo beneran suka sama Delvin?" celetuk Ailita yang berhasil membuat Balqis mematung.

Balqis menutup semua kertas-kertas dan beberapa buku-bukunya, lalu duduk di tepi ranjang bersama Ailita.

Balqis menghela nafas, mungkin ini lah saatnya agar ia tidak egois dengan perasaanya nya. Benar kata Ailita, apa salahnya jika kita jatuh cinta pada musuh bubuyutan kita sendiri? Tidak salah bukan?

"Iya gue kek nya harus jujur deh Lit, gu--- "

"Jujur apaan?" potong Ailita membuat Balqis mendengus kesal.

"Gue belum siap bicara Nona Ailita Citra Clarissa," kesal Balqis.

"Hehehe sorry Nona Balqis Cordelia Aileen. Lanjut?"

"Gue suka sama Delvin, nggak salah kan Lit? Delvin hebat ya, dia bisa buat gue jatuh cinta sama upil badak kayak dia," ucap Balqis terkekeh kecil.

"Seriusan? Lo suka sama Delvin?" tanya Ailita memastikan.

"He'emm"

"Kayaknya gue nyium bau-bau mau jadian nih," sindir Ailita terkikik geli.

"Yang jatuh cinta kan gue, bukan Delvin. Jadi nggaj ada cerita jadian! Yakali gue yang nembak si Delvin terus kita jadian. Ogah gue nembak upil badak kayak dia!" cerocos Balqis.

"Kalo ternyata Delvinnya suka sama lo gimana? Kalo dia nembak lo gimana? Lo terima atau enggak?" tanya Ailita.

"Ya bagus sih kalo dia suka sama gue, kalo dia nembak gue? Gue tolak aja ah," oceh Balqis membuat Ailita mendengus kesal.

• • •

Bel istirahat berbunyi nyaring di pekarangan sekolah SMA Unggulan Bangsa. Semua murid pasti berhamburan keluar kelas. Kebanyakan akan menuju ke arah kantin, namun ada juga beberapa kutu buku yang menuju ke arah perpustakaan sekolah.

"Kantin?" ajak Balqis pada Ailita dan Naya.

"Gaslah," jawab Naya.

"Gue ke toilet bentar," ucap Ailita.

"Kita temenin?" tawar Naya.

"Nggak usah Nay, gue bisa sendiri kok. Entar gue nyusul kalian deh," ujar Ailita tersenyum dan melangkahkan kakinya ke arah toilet.

Balqis dan Naya saling melirik lalu saling menghela nafas karena tingkah Ailita yang belakangan ini memang aneh. Kemudian Balqis dan Naya pergi melangkahkan kakinya ke arah kantin.

Gadis pengidap Ombrophobia tersebut melangkahkan kaki nya ke arah toilet perempuan yang memang berketepatan saat itu sedang sepi, bahkan tak ada yang ke situ pada saat itu.

Ailita masuk ke dalam salah satu toilet, sekitar 3 menit Ailita pun keluar lalu berjalan ke wastafel yang bisa dibilang mewah, mewah karena sekolahnya saja sudah mewah.

Wastafel itu juga masih di kawasan toilet. Ailita mengambil beberapa tisu untuk mengelap beberapa noda di wajahnya, atau bisa dibilang debu sih. Seketika tubuh Ailita terhuyung ke belakang karena tarikan di bahunya yang amat kasar.

Mata Ailita membola melihat adik sepupunya Dava ada di hadapannya sekarang juga. Evelyn datang bersama kedua teman sekelasnya.

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang