Bagian 31 ✅

1.4K 81 0
                                    

Balqis dan Ailita tengah sibuk memikirkan ralat maksudnya sedang sibuk berdebat perkara lagu yang akan di bawakan oleh Ailita dan Dava di saat acara pensi nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Balqis dan Ailita tengah sibuk memikirkan ralat maksudnya sedang sibuk berdebat perkara lagu yang akan di bawakan oleh Ailita dan Dava di saat acara pensi nanti.

"Gimana kalo lagu comethru?" saran Balqis.

"Kalo lagu i hate u i love u?" saran Ailita juga.

"Kalo superficial love? " kata Balqis menambahi.

Ailita berpikir keras, mencoba membongkar semua lagu yang bagus yang akan ia bawakan nanti. Acaranya bahkan sebentar lagi, tapi keduanya belum latihan sedikit pun. Jangakan latihan, memutuskan lagu apa yang akan mereka bawakan pun belum mereka lakukan.

"Gimana kalo lagu bila?" ucap Ailita.

"Astaga pusing gue liat lo Lit! Gimana kalo lagu potong bebek angsa aja? Biar jadi moment bersejarah banget. Gue jamin lo bakalan tenar, seorang Ailita Citra Clarissa dan pemilik sekolah duet lagu potong bebek angsa di acara pensi," cerocos Balqis hingga ia sampai memikirkan hal itu akan terjadi.

Ailita mendengus kesal. "Ngaco lo! Ya kali gue nyanyi lagu itu!"

"Jadi lagu apaan coba?" tanya Balqis frustasi.

Ailita memijit pelipisnya, bingung ingin menyanyikan lagu apa nantinya.

"Gini aja deh, keputusan gue jatuh sama lagu i hate u i love u ," putus Ailita.

"Oke, itu bagus," komentar Balqis.

• • •


Ailita sedang sibuk menyisir rambutnya yang sedang basah sedangkan Balqis tengah sibuk menata beberapa buku yang lupa ia masukkan kemarin malam.

Saat Balqis sudah siap ia langsung menghampiri Ailita. "Ayo," ajak Balqis.

Ailita menggaruk tengkuknya yang tak gatal, apa yang harus ia katakan pada Balqis sahabatnya ini. "Sorry Kis, gue nggak bisa pigi bareng sama lo, gue sama Da-- "kata Ailita.

"Ah, iya iya gue ngerti. Gue duluan ya, Naya udah nungguin soalnya hehe. Dahh Ailita!" ucap Balqis lalu pergi meninggalkan Ailita yang hanya diam melongo.

"Ngerti apa? Perasaan gue belum ada bilang," batin Ailita.

Ailita melirik ke arah benda cantik yang melingkar di pergelangan tangannya, benda itu menunjukkan pukul 07:20, itu tandanya 10 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Lama banget sih," gumamnya.

Sedangkan disisi lain Dava masih tertidur pulas di atas kasurnya. Jika saja alarm nya tidak berbunyi maka ia pasti akan terlambat. Dengan langkah gontai ia memasuki kamar mandi dan bersiap-siap.

Cowok itu menghabiskan waktu yang cukup singkat di kamar mandi. Mungkin hanya mencuci muka atau hanya menggosok gigi? Tidak. Mana mungkin Dava keluar tanpa mandi terlebih dahulu.

Dava memakai baju seragamnya dengan cepat, lalu seperti biasa baju yang di keluarkan, dasi yang hanya di selempangkan, serta kancing baju atas yang terbuka dua. Tak lupa ia menyemprotkan parfum juga. Lalu setelah merasa sudah selesai ia langsung pergi ke rumah Ailita. Dava yakin gadis itu pasti sudah menunggu lama.

Sesampai dirumah Ailita Dava melihat gadis itu tengah duduk di teras rumahnya dengan wajah yang di tekuk. "Gue lama ya?" tanya Dava mencairkan suasana.

"Banget!" ketus Ailita.

"Sorry, hehe. Ayo naik!"

Ailita memutar bola matanya lalu naik ke motor Dava.

"Apa perlu gue ingetin lo sampai berjuta kali? Pegangan!" kata Dava.

Karena terbawa kesal, Ailita berpegangan hanya di pundak Dava.

"Pegangan tuh disini Ailita..." gemas Dava membawa tangan Ailita untuk melingkar di pinggangnya.

"Bacot, ayo cepetan!" malas Ailita.

Dava melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata hingga membuat rambut Ailita berterbangan. Apalagi gadis itu tidak menguncir rambutnya, maka sudah pasti kalau rambut Ailita akan berterbangan.

"Astaga Dava!! Pelan-pelan kalo bawa motor!! Gue belom mau mati!" teriak Ailita di telinga Dava.

Dava meringis, telinganya terasa sakit akibat teriakan Ailita. "Etdah, toa lo! Lagian kita mau cepat ke sekolah, lo mau kita telat?!"

"Semerdeka lo aja! Yang penting lo nggak buat gue mati sama lo!!" oceh Ailita.

Semakin lama semakin cepat Dava melajukan kecepatan motornya. Dan ya, karena rambut Ailita tidak dikuncir jadinya rambut gadis itu beterbangan mengenai wajah Dava hingga mengganggu konsentrasi Dava dalam membawa motornya.

"Astaga Ailita! Rambut lo ngalangin jalan gue woi!!" teriak Dava berusaha menyingkirkan rambut Ailita yang panjang mengenai matanya.

"MAKANYA BERHENTI DULU DAVA!!"

Dava lantas mengerem mendadak hingga membuat Ailita refleks memeluk dirinya dengan erat. Dava memang pemodus cap atas, ia mengerem motornya dengan tiba-tiba hingga membuat Ailita memeluk erat diri Dava.

"Rejeki noplok di pagi hari uhuy! batin Dava saat Ailita memeluk dirinya.

Plak!

Ailita memukul kepala Dava dengan kuat membuat Dava meringis kesakitan.

"Argh, sakit anjing!" umpat Dava refleks karena Ailita memukul kuat kepalanya.

"Lo bisa ngerem pelan-pelan nggak sih?! Modus lo!" omel Ailita.

Dava terkekeh kecil. "Ya sorry, abisnya rambut lo nutupin jalan gue."

"Mending kuncir dulu rambut lo," lanjut Dava.

Ailita menghela nafas dan mengambil kuncir yang ada di saku bajunya. Dengan cepat Dava merebut kuncir yang ada di tangan Ailita membuat gadis itu terkejut sekaligus kesal. "Ish, balikin!"

"Diem, cepetan balik badan!"

"Buat apaan?! Sini-sini kuncir gue!" pinta Ailita.

"Buat nguncir rambut lo lah!" Dava gemas sendiri melihat Ailita.

Ia pun memutar badan Ailita menjadi membelakangi dirinya. Tangannya terulur untuk menguncir rambut hitam dan panjang milik Ailita.

"Oke selesai. Nah, gini kan rapi," kata Dava sambil tersenyum.

Ailita memutar malas kedua bola matanya. "Yaudah, ayo!"


JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang