Langkah kaki Klea yang sedang menaiki anak tangga itu sedikit terseok karena kardus berukuran cukup besar yang sedang dibawanya. Kardus tersebut berisikan barang-barang lawas yang sudah jarang digunakan. Namun, Klea seringkali harus berpikir berulang kali untuk membuangnya. Buku-buku harian serta majalah Bobo yang kerap Klea koleksi pada zamannya adalah hal mendominasi kardus. Sementara sisanya merupakan mainan-mainan yang lain.
Klea mengambil kardus tersebut dari bawah meja dapur, satu-satunya kardus berisikan barangnya yang belum Klea bereskan sejak berpindah ke rumah ini. Gadis itu selalu saja lupa mengambil kardusnya untuk memilah barang-barang yang masih ingin disimpan. Lalu ia baru ingat setelah pulang sekolah sore ini, tepat ketika matanya menangkap eksistensi kardus tersebut.
Setelah berganti baju serta mengistirahatkan tubuh selama beberapa menit, Klea baru memutuskan untuk bangun dan duduk berhadapan dengan kardus tadi beralaskan karpet. Ia hanya mengambil satu per satu mainan dan buku-bukunya, dilihat sembari tertawa kecil kala mengingat masa kecilnya, untuk kemudian disingkirkan ke sisi yang lain. Lantas, gerakannya berhenti tatkala kedua mata Klea mendapatkan sebuah kotak kecil berwarna merah muda. Bentuknya masih sempurna, tapi sudah lumayan berdebu. Penasaran, akhirnya Klea beringsut membukanya.
Ah... Niana.
Itu adalah panggilan Klea sewaktu masih kecil. Sementara Jeje adalah teman kecil Klea yang terus-terusan memanggilnya dengan nama Niana entah dari mana mulanya. Kalau kata bunda, dulu Klea dan Jeje lahir di rumah sakit serta bulan yang sama dan hanya beda beberapa hari saja. Klea pun masih ingat bahwa dia sempat iri dengan tampang Jeje yang sama sekali tidak cocok disebut orang Yogyakarta. Lalu setelah bertanya pada bunda, rupanya ayah Jeje berasal dari luar negeri.
Niana dan Jeje kala itu sangat dekat. Saking dekatnya, mereka yang tidak berjumpa dalam sehari dapat dihitung dengan jari. Kalau tidak karena di antara mereka sedang sakit, pasti karena pergi dengan keluarganya masing-masing. Hanya dua alasan itu.
Takdir mereka jelas terlihat cantik. Terlahir di kota, rumah sakit, bahkan bulan yang sama, belum lagi rumah mereka yang berdekatan dan hanya berselang satu rumah saja sehingga mereka bisa bertemu kapan pun. Namun, setelah dipertemukan dan keduanya saling mengisi masa kecilnya, takdir juga bisa membuat semuanya menjadi kacau. Dan itu terjadi suatu hari, tepatnya pada pesta ulang tahun Klea yang kelima tahun; sebuah pesta sederhana yang diadakan di ruang tengah rumah Klea dan hanya dihadiri oleh keluarganya serta keluarga Jeje.
"Niana besok ikut, kan?" Bunda kala itu bertanya di tengah-tengah keasyikan Klea dengan balon yang meramaikan ruang tengahnya.
"Mau ke mana?"
"Nganter Jeje ke bandara."
"Mau ngapain?" Detik itu, raut wajah Klea kecil sudah mulai berubah.
"Jeje mau pindah ke tempat Papanya Jeje lahir, Na. Biar cepet, berangkatnya harus naik pesawat." Mama Jeje angkat bicara. Wanita itu berlutut untuk menyejajarkan tingginya dengan tinggi Klea, lalu menangkup pipi anak itu dengan kedua tangannya diiringi senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Teen Fiction[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...