16. Tentang Masa Depan

200 22 0
                                    

"Rumahnya yang mana, ya, pemirsa?"

"Kayak udah bertahun-tahun nggak ke rumah Jeka aja, lo." Disya langsung mencibir, membuat Jeff yang berucap seperti tadi langsung menyengir.

Tadi, mereka berlima memutuskan untuk berkumpul di satu titik dan sepakat berangkat naik angkot. Keyza diam saja sejak tadi. Dirinya sudah memberi usul untuk berangkat dengan taksi online, sementara cowok-cowok memaksa untuk naik angkot saja karena hemat ongkos. Keyza kesal bukan karena keputusan kawan-kawannya, namun naik angkot kali ini dihadiahi oleh kejadian yang sama sekali tidak menyenangkan, yaitu dihadiahi toyoran keras dari anak kecil tak dikenal saat di dalam angkot tadi.

Baru saja berniat mengetuk, pagar sudah terbuka terlebih dahulu dan menampilkan Klea yang tampak tercekat melihat kehadiran mereka. Perempuan itu tampak sedang ingin melarikan diri dari rumah. Dan yang lainnya langsung menebak hal itu betulan terjadi ketika pandangan mereka beralih pada Zekair yang juga berhenti di ambang pintu, sembari membawa tembakan air milik El.

Hening selama beberapa detik. Mereka semuanya saling pandang, sebelum akhirnya tawa renyah milik Jeff meletup memecah suasana. "Sungguh luar biasa pemandangan di depan gue sekarang. Kayak... menggambarkan suatu kejadian di beberapa tahun ke depan nggak, sih?!" Jeff tertawa lagi, kali ini disetujui oleh yang lainnya.

"Mas Jeka, tolong, ya, kalian berdua ini masih pengantin baru, jangan main bunuh-bunuhanlah─"

"Berisik. Kalau mau masuk, buruan!" Klea membuka pagar lebih lebar, menyuruh mereka masuk dengan tatapan tajam yang melekat pada Disya─yang baru saja sembarangan berucap.

"Mas, istrinya nemu di mana? Kok galak ben─ ADUUH! IYA, OKE. Iya, Klea, nggak jadi." Kean mengusap-usap lengan sebelah kirinya sambil mengaduh kesakitan, kemudian melempar tatapan jahil pada Zekair yang kini menyambutnya di depan pintu. Sama seperti Klea, laki-laki itu beringsut membuka pintunya lebih lebar.

"Gue ke rumah lo tahu, Kle. Kosong, nggak ada orang. Ternyata lo dititipin di sini."

"Gue juga mana tahu bakal dititipin di sini. Katanya Bunda mau ke Jogja." Klea memberi jeda sejenak, membiarkan mereka semua bergiliran memposisikan diri untuk duduk di depan televisi. "Terus, lo tahu dari mana gue nginap di sini?"

"Kak Jess bilang," jawab Jeff disusul anggukan paham dari Klea.

"Nih, Kle, tadi kita beli bolu." Disya menyodorkan plastik berisikan satu lonjor bolu coklat. Klea tersenyum dan mengambil-alih plastik tersebut setelah mengucapkan terima kasih, kemudian membawanya ke dapur diikuti oleh Disya dan Keyza di belakangnya.

Keyza dan Disya segera duduk di area meja makan, sementara Klea tengah mengambil pisau dan piring untuk wadah bolu tadi. Setelah Klea ikut duduk bergabung, Keyza memajukan tubuhnya untuk berbisik pada Klea, "Apa kabar hati?"

Disya juga ikut merapatkan tubuhnya untuk mendengar tanggapan Klea. Namun, Klea sendiri justru berdecak mendengar pertanyaan itu diiringi kedua bahunya yang terangkat, dan mulai sibuk memotong bolunya. "Pesan gue, jaga hati lo baik-baik ya, Kle. Apalagi lo seminggu di sini," sambung Disya sambil bertatapan dengan Keyza diiringi senyum penuh arti.

Klea berdecak sekali lagi. Selesai memotong seluruh bolu, ia memindahkannya pada piring yang dibawa sebelum itu. "Lo berdua tahu dari mana gue bakalan seminggu di sini?"

"Dari Jeff. Orang itu tadi langsung koar-koar pas kita baru ngumpul, heboh karena lo nggak ada di rumah. Tahu-tahu ada di rumah Zekair."

"Sumpah, kalau disuruh milih mendingan gue di rumah sendirian."

"Iya, ya, kan kita bisa nginep," sahut Disya, membuat Keyza mendelik dengan tatapan yang jika diterjemahkan akan berbunyi 'kita? Lo aja kali!'.

"Emang kenapa kalau di sini? Lo dibikin baper sama dia?" Keyza menyambung sambil terkekeh jahil.

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang