Acara open house sekolah yang akan diadakan hari Sabtu mendatang membuat seluruh siswa dipulangkan pukul dua belas siang selama satu pekan ini, terkecuali seluruh pengurus OSIS yang memang bertugas mempersiapkan segalanya. Namun, untuk hari pertama di pekan ini, mereka berkumpul di Ruang OSIS hanya untuk mendengarkan penjelasan tentang apa saja yang harus dilakukan ke depannya.
Rapat sudah ditutup sejak lima menit yang lalu. Klea segera keluar ruangan setelah pintu kelas tampak tidak penuh dan berdesakan seperti tadi. Dirinya lantas buru-buru mendekat pada Jeff yang sibuk bercanda dengan Kean, untuk kemudian memukul lengan lelaki itu dengan pelan. "Jeff, ayo!"
"Semangat banget? Mau ke mana?" tanya Kean sambil mengernyit pada perempuan itu. "Jangan-jangan, mulai sekarang lo jadi babu di rumah Jeff, ya, Kle? Terus kalau nggak mau, dia ngancam lo?"
"Ck, yang bener aja!" Jeff buru-buru membalas sambil menabok kawannya itu dengan keras. "Lo udah bilang Zekair belum?" tanya Jeff kini beralih pandang pada Klea.
"Udah."
"Ya udah, Yan, gue duluan, ya."
"Yok, hati-hati!"
Klea segera membuntuti Jeff menelusuri lorong untuk keluar gedung sekolah. Bisa dibilang masih cukup banyak motor yang terparkir di halaman tersebut saat ia melihatnya. Klea bilang pada Jeff bahwa ia akan menunggunya di gerbang sekolah sementara Jeff mengambil motor, sehingga kini Klea tengah bersandar pada tugu di sana sambil mengedarkan pandangan ke arah jalanan.
"Kle!"
"Eh, Je?" Klea buru-buru memperbaiki posisi ketika mendapatkan sosok Zekair berhenti di depannya bersama motornya.
"Nanti mau gue jemput, nggak?"
"Nggak usah. Jeff juga udah bilang kok mau ngantar gue balik ke rumah lo."
Zekair mengangguk. "Kunci pagar udah lo bawa belum?" tanyanya yang dibalas acungan jempol oleh Klea. "Ya udah, gue duluan, ya. Hati-hati nanti."
Alih-alih menjawab, Klea malah dibuat termenung oleh kepergian laki-laki itu. Beruntungnya sekali Jeff datang tepat pada beberapa detik berikutnya, membuat Klea tidak perlu berlama-lama menatap Zekair seperti barusan. Mereka berdua lantas mulai melaju, membelah ramainya kota siang menjelang sore kali ini sampai motor yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan dua rumah tingkat yang berhadapan.
"Gue ke rumah dulu ya, Jeff."
"Bentar, sekalian aja deh lo bawa paketnya, terus simpan di kamar, daripada bolak-balik." Jeff memotong dan segera memasuki rumahnya, kemudian kembali lagi tanpa membutuhkan waktu yang lama.
"Makasih, Jeff."
"Nanti lo ke rumah gue dulu, ya."
Klea mengangguk-angguk dengan posisi tangan memegang kardus paket yang berukuran lumayan besar itu. Lantas, ia berbalik badan dan segera memasuki rumahnya. Seketika Klea merasa asing berada di dalam rumahnya sendiri karena sudah tiga malam tidak berada di dalamnya.
Secarik kertas yang tertempel di pintu kulkas membuat Klea menunda menaiki anak tangga. Ia memutuskan kembali turun, menaruh kardus tersebut di atas meja makan, kemudian mendekat pada pintu kulkas dan membaca kalimat demi kalimat yang jelas sekali ditulis oleh bundanya.
Kle, Bunda sama Ayah mau ke Jogja karena nenek sakit. Mungkin tentang itu, kamu udah tahu duluan karena Bunda udah bilang ke mamanya Zekair.
Dan kalau kamu nanya kenapa Bunda nitipin kamu di rumah Zekair, dan kenapa nggak di Jeff, itu karena kita lebih lama kenal dekat sama Zekair, Kle. Mungkin kalau sama Jeff, kita bisa dibilang udah lama kenal juga. Tapi tetap, mau bagaimana pun, kita masih warga baru menurut keluarga Jeff. Kalau Zekair, pokoknya beda. Intinya Bunda yang ngerasain gimana dekatnya kita sama keluarga Zekair.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Teen Fiction[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...