37. Cara Bahagia

241 15 0
                                    

Tak ada hal lebih lanjut yang Jeff tahu tentang bagaimana perasaan Zekair pada Klea. Maksudnya, kalau tentang Klea, Jeff masih suka mengejek-ejek Klea dan yang diejek pun masih suka menanggapinya dengan candaan. Tapi kalau Zekair, Jeff benar-benar tidak ingin bertanya bagaimana perkembangan perasaan lelaki itu saat ini. Lagi pula dirinya ini bukan pakar cinta. Tapi tetap, bukan Jeff namanya kalau tidak kepo.

Seperti saat ini misalnya, Jeff sedang memandangi oknum bernama Zekair yang sedang sibuk dengan laptopnya. Lama kelamaan, tingkahnya itu justru membuat yang dipandangi merasa risih sehingga....

Brak!

"Lo kalau suka sama gue bilang aja deh, Jeff," kata Zekair berusaha dengan intonasi sesantai mungkin, yang pada akhirnya berhasil membuat Kean dan Reyfan tergelak. Jeff yang mendengar itu sontak membalasnya dengan gidikan bahu. "Rasanya kayak gue tuh most wanted yang baru pindah sekolah, diperhatiin terus."

"Idih, kayak pernah aja lo jadi most wanted sekolah." Jeff mencibir, lalu mengalihkan pandangannya. Hari ini mereka hanya iseng berkumpul di rumah Kean tanpa tujuan pasti. Seperti biasa, sofa yang bisa dijadikan kasur milik Kean di balkon rumahnya sudah menjadi tempat bermalas-malasan mereka berempat. "Gue tuh heran sama lo, Nathanael Zekair."

"Bilang sama gue, heran kenapa?"

"Tapi gue nggak bisa ngasih tahu lo."

"Ck, aneh banget sih, lo." Zekair geleng-geleng kepala, memilih untuk kembali menatap layar laptopnya. Posisi mereka semuanya benar-benar seperti warga pengungsian. Zekair duduk bersandar seraya memangku laptopnya. Jeff dengan posisi tengkurap, ikut menonton apa yang Zekair buka di laptop. Sementara Kean dan Reyfan, dua lelaki itu sama-sama merebahkan tubuhnya sambil bermain ponsel.

"Lo berangkat kapan, Je?" tanya Reyfan tiba-tiba tanpa berkeinginan untuk menatap sang lawan bicara.

"Tanggal tiga puluh."

"Cepat banget, ya?" monolog Reyfan sambil mengubah posisinya kini menjadi duduk. "Nanti jangan sombong lo kalau dapat pacar di sana."

"Ya, kalau bisa move on, Rey," sahut Jeff sambil melemparkan kerlingan jahil pada Zekair. Laki-laki itu langsung menjambak rambut Jeff tanpa aba-aba. "Loh, benar kan, gue? Lo nggak bakal bisa punya pacar di sana kalau belum move on dari yang di sini." Jeff tertawa kecil saat yang diledek memilih untuk tak menanggapi.

"Jek, Reyfan ngomong kayak gitu tuh ngasih kode, minta dicariin cewek bule."

"Yeuuuu, jangan, jangan!" Jeff menyahut lagi dengan sewot. "Kelarin dulu perasaan lo sama Nadira, Rey. Baru dah."

"Nadira mulu, lo." Reyfan berdecak tidak terima.

Sementara itu, Zekair yang sejak tadi fokus pada laptopnya pun langsung mendongak untuk menertawakan bagaimana ekspresi kesal Reyfan ketika berucap.

"Gue tunggu lo sama Klea, bakalan sad ending atau happy ending." Sebagai balasan atas tawa puas Zekair, Reyfan menyahut lagi dan mendapat tepuk tangan setuju dari Jeff sambil tertawa-tawa.

"Yang satu ini mah belum ada konflik udah jelas akhirnya; sad ending." Kean ikut menyambung sambil melempar senyum jahil pada Zekair. Setelahnya, mereka semua tergelak dalam tawa terkecuali oknum yang sedang dibicarakan.

Cuaca yang tidak begitu terik siang ini membuat mereka semakin nyaman hanya dengan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Rumah Kean memang selalu dijadikan tempat berkumpul ketika kedua orangtua beserta adik dari lelaki itu sedang tidak berada di rumah.

Beberapa saat setelah membalas sebuah chat di ponselnya, Jeff bangun untuk memangkas jaraknya dengan Zekair. Lantas, laki-laki itu berbisik, "Lo mau nggak ngajak Klea jalan-jalan?"

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang