"Coba lo ke rooftop sekarang. Kalau lo ketemu sama laki-laki yang pakai hoodie hitam, dia orangnya."
"Lo lagi bohong, kan?"
"Gue berani bersumpah kalau gue nggak lagi bohong sama lo, Zeklea. Dia nungguin lo," ujar Jeff, dan sekali lagi Klea benar-benar menemukan sorot keseriusan di dalam mata laki-laki di depannya.
Pada detik berikutnya, Jeff mengangguk meyakinkan. Lalu bagaikan dihipnotis oleh laki-laki itu, Klea segera pergi ke dalam sekolah untuk menuju rooftop. Tiba-tiba saja Klea merasakan tetes demi tetes air muncul dari pelupuk matanya, tetapi lekas Klea usap sebab ia tidak sebodoh itu untuk menangis sambil berlari sendirian menelusuri sekolah yang belum benar-benar sepi. Jeff memang tidak berbuat salah sehingga membuatnya menangis. Namun, jika diibaratkan, saat ini seperti ada balon berisi air dalam diri Klea yang pecah dan ingin mengeluarkan seluruh isinya melalui matanya.
Langkah Klea memelan ketika dirinya hampir tiba di penghujung anak tangga yang menyatukan antara lantai tiga dan rooftop─yang berada di lantai empat. Tempat tersebut benar-benar sepi. Klea tidak mendapatkan siapa pun kecuali seorang laki-laki yang kini sedang berdiri menghadap pagar, menyaksikan pemandangan kota yang luas di hadapannya.
Awalnya Klea tidak percaya. Ia memutuskan untuk mengedarkan pandangannya sekali lagi, barangkali ada orang lain yang belum ia dapatkan eksistensinya. Lantas, semuanya terjawab sepersekian detik kemudian, tepat ketika laki-laki di sana tak sengaja menoleh dan kontan menyatukan pandangannya dengan milik Klea.
Mereka sama-sama tercekat. Pandangan mereka pun terkunci selama beberapa detik sampai akhirnya laki-laki itu sepenuhnya berbalik seraya tersenyum─ itu sebuah senyuman yang penuh arti di mata Klea.
Benar rupanya, Jeff tidak sedang berbohong karena senyum tersebut adalah senyum yang selama bertahun-tahun ini Klea rindukan. Dia, laki-laki ber-hoodie hitam yang Jeff sebut Jeje adalah Zekair.
Benar, Nathanael Zekair teman sekelas Klea.
Klea benar-benar tidak percaya bahwa laki-laki yang ia kagumi semenjak menjadi siswi baru itu ternyata adalah seseorang yang selama ini pula ia tunggu kehadirannya. Di sisi lain, Klea kecewa dengan dirinya sendiri. Mengapa bisa ia tidak menyadari semua ini sejak awal? Sayangnya, papa Zekair sedang tidak ada ketika Klea dan teman-temannya datang untuk makan bersama di rumah Zekair. Seandainya ada dan melihat bagaimana wajahnya, setidaknya Klea akan mempunyai sekelebat pemikiran bahwa Zekair adalah Jeje. Atau─ tentang Zavair, adik Zekair, mengapa pula baru detik ini Klea menyadari wajah anak itu yang terlihat memiliki keturunan?
Kini, Klea telah benar-benar berhadapan dengan Zekair. Ditatapnya dengan lamat laki-laki di hadapannya itu seolah sedang mengungkapkan rasa rindu yang selama ini terpendam, yang Klea sendiri tidak tahu harus bagaimana mengungkapkannya. Keheningan masih menyelimuti keduanya sampai Zekair maju satu langkah dan beringsut membawa Klea ke dalam dekapannya. Bendungan air mata yang sejak tadi Klea tahan-tahan akhirnya luruh. Isakannya pun semakin menjadi ketika kepalanya diusap berkali-kali oleh Zekair.
Seketika Klea kembali teringat akan malam itu di hari perkemahan, saat dirinya dan Zekair mengobrol sembari menatap lampu-lampu jajaran rumah yang berada jauh di depannya. Kata Zekair, "It's okay, Kle. Setiap pertemuan pasti ada perpisahannya, kan?"
"Gimana kalau ternyata di tempatnya sekarang dia lagi kangen sama lo? Gimana kalau dia juga pengen banget ketemu lagi sama lo? Lo nggak bakal tahu."
"Nggak mungkin lo dibikin terus-terusan inget sama dia kalau dia-nya enggak, Kle. Bukannya itu nggak adil?"
"Kalau lo sama dia ketemu lagi suatu saat nanti, apa yang mau lo ucapin ke dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Teen Fiction[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...