Klea baru saja berniat menutup gorden kamarnya ketika jendela kamar Jeff di seberang sana tampak dibuka, menampilkan laki-laki itu yang melambaikan tangan ke arahnya. Jendela kamar Jeff memang lebih lebar. Bahkan meja belajar di kamar laki-laki itu didesain berhadapan dengan jendelanya sehingga kini Klea dapat melihat laptop milik Jeff yang terbuka dari kamarnya.
Klea menoleh sejenak untuk menatap ke arah jam dinding. Sudah pukul sepuluh malam. Namun, ia mengurungkan niat awalnya yang akan menutup jendela, memilih untuk kembali membukanya mengingat besok adalah hari libur.
"Kok belum tidur, Kle?"
Klea hanya menggelengkan kepalanya. "Lo ada tugas apa?"
"Bukan tugas. Gue lagi main game," jawab Jeff diiringi kekehannya. "Jendelanya kenapa malah dibuka lagi? Nggak jadi tidur?"
"Sebenernya emang gue belum mau tidur, sih. Gara-gara ngelihat lo aja tadi, jadi gue milih buat buka lagi jendelanya."
"Jadi, lo mau ketemu gue?"
"Mungkin...?" Klea terkekeh sambil mengangkat kedua bahunya.
"Sebentar ya, Kle, gue keluar dulu."
Tepat setelah Jeff keluar kamarnya, Klea dapat melihat seorang perempuan memasuki kamar Jeff dengan amarah yang memenuhi wajahnya. Namun, ekspresi yang seperti itu berubah dalam sekejap ketika kedua netranya bertemu dengan milik Klea, membuat keduanya lantas saling melempar senyum. "Eh, kamu... Klea, ya?"
"Iya." Klea mengangguk-angguk dengan sedikit canggung.
"Aku Jessa, kakaknya Jeff. Salam kenal, ya, semoga betah di sini dan nggak bosen karena harus terus ketemu sama Jeff. Sebelum kamu pindah, rumah kamu itu ditempatin sama─ adalah perempuan seumuran kamu juga, temennya Jeff dari SD. Kayaknya sih dia pindah rumah karena bosen setiap buka jendela ketemunya Jeff terus."
Rasa canggung yang sebelumnya menggelantungi tubuh Klea runtuh ketika perempuan di dalam kamar Jeff tersebut mencerocos panjang lebar. Degup jantung yang sempat berpacu cepat pun semakin lama semakin pelan.
"Sama aku santai aja, ya. Pokoknya jangan kapok─" Jessa memberi jeda sejenak saat Jeff di seberang sana tampak kembali memasuki kamarnya, lalu buru-buru menoleh pada Klea lagi. "Nanti lagi ya, Klea," kata perempuan itu dan bersegera meninggalkan kamar Jeff.
"Lo diapain sama dia, Kle?"
"Ternyata lo punya Kakak, ya, Jeff."
"Gue nanya, lo diapain sama dia?"
"Nggak diapa-apain, kali." Klea tertawa kecil. "Kenapa emang, sampai lo ngira dia ngapa-ngapain gue?"
"Takutnya lo dibikin sakit hati sama ucapan dia, soalnya orangnya jutek banget."
"Masa sih? Menurut gue enggak." Kini, Klea memperhatikan Jeff yang sedang berkutat dengan laptopnya. Alih-alih melanjutkan aktivitas sebelumnya, rupanya Jeff justru mematikan laptopnya. "Lo nggak ngelanjutin main? Kenapa dimatiin?"
"Nggak apa-apa, mending ngobrol sama lo," balas Jeff sambil beringsut menggeser laptopnya supaya bisa leluasa menempatkan kedua lengan di atas meja. "By the way, lo jago nyanyi ya, Kle?"
"Enggak."
Jeff mencibir. "Pernah menang lomba vokal solo juga, masih aja ngakunya enggak." Laki-laki itu kini meraih stoples berisi kacang-kacangan yang ada di dekatnya.
"Oh... jadi waktu itu lo juga ada di sana? Ternyata banyak juga anak-anak sekolah kita yang dulu di sana, ya. Yang bikin herannya lagi, nggak sedikit juga yang masih inget gue."
"Yang pertama, karena lo cantik." Jeff yang asyik dengan kacang-kacangannya itu tak sadar bahwa kalimatnya barusan berhasil membuat Klea tersenyum salah tingkah. "Jadi, gimana nggak diinget sama banyak orang terutama anak-anak cowok kalau lo-nya cantik? Belum lagi lo suka nge-cover lagu di Instagram dan ditonton banyak orang, yang bikin lo semakin terkenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Genç Kurgu[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...