"Lagian... semua cowok tuh samaaaaaaa aja nggak ada bedanya."
"Iya, samaaaaa aja kecuali Kean, gitu maksud lo, kan?" Jeff tersenyum miring, sementara Disya yang sebelumnya berucap langsung bungkam. Bahkan Jeff dapat memastikan jika Disya kini sedang menahan malunya, sebab perempuan itu menyatukan alisnya berpura-pura marah. "Cowok tuh emang stronger, tapi nggak bisa selalu disalahkan. Duh, semoga gue nanti punya bini yang bisa ngertiin gue dah," lanjut Jeff yang sontak membuat mereka tertawa.
"Sekuat apa pun laki-laki, mereka juga perlu bantuan perempuan, Sya. Mereka saling melengkapi. Nggak semua laki-laki bisa melakukan pekerjaan perempuan, pun sebaliknya. Ya, kan? Makanya, tadi harusnya ada yang ikut masak di rumah. Jangan malah pada minggat semua." Zekair menyambung, membuat ketiga perempuan di sana diam dan sama-sama mengulum bibirnya. Sesekali pula mereka saling bersitatap dengan cengiran tanpa dosanya.
Weekend kali ini, mereka berkumpul di rumah Kean. Ekspektasi mereka─lebih tepatnya Klea, Disya dan Keyza─untuk membuat kue hancur seketika saat ketiganya pulang dari membeli bahan-bahan untuk krim yang rencananya akan dibaluri di atas kuenya. Bagaimana tidak? Sesampainya di dapur, aroma khas adonan kue yang matang berlebihan alias gosong menyeruak di indera penciuman mereka.
Setelah itu barulah Disya dan Keyza jerit-jerit menyalahkan keempat laki-laki yang sedang bermain play station di depan televisi. Klea yang tidak tahu perihal masak-memasak hanya melongo, bingung harus apa. Pada akhirnya, mereka tetap membuat krim untuk dibaluri di atas kuenya. Kuenya tetap terlihat cantik, meskipun belum tahu secantik apa rasanya.
"Udah-udah. Lo bertiga salah karena nggak ngasih tahu kita kalau ninggalin kue yang lagi dioven. Kita juga salah karena nggak inisiatif ngecek. Semuanya salah." Reyfan berucap demikian, kemudian memotong cake ala-ala tersebut untuk yang pertama kalinya di antara mereka. Lantas lelaki itu mulai memakannya. "Enak juga, kok. Makan aja, daripada dibuang-buang."
"Bener, Rey?"
Reyfan mengangguk yakin, membuat mereka ikutan beringsut memotong kuenya. Lantas, pada detik berikutnya, Disya dan Keyza saling melempar tatapan diiringi senyum lebarnya.
"Beneran enak!"
"Makanya, jangan asal nyalahin cowok!" cibir Jeff dengan bola matanya yang berotasi dengan kesal. Ia mengunyah kuenya dengan malas. Sejak ketiga perempuan itu pulang memang cowok-cowoklah yang disalahkan. Padahal, sekali lagi, mereka bertiga juga tidak menitip pesan apa pun sebelum pergi.
Setelah satu loyang kue berkurang cukup banyak, Disya dan Keyza bergegas kembali ke dapur. Namun, Klea memilih untuk tetap di ruang tengah dan mendekat pada Jeff yang masih belum melenyapkan ekspresi kesalnya.
"Lo jangan malah kayak anak kecil deh, Jeff. Udah biarin aja." Klea berucap seperti itu dengan pelan diiringi seringaiannya. Tiga laki-laki lainnya sudah kembali ke tempat semula alias di depan televisi, bermain play station. Berbeda dengan Jeff yang duduk di belakang teman-temannya bersandar pada sofa, dan Klea ikut duduk di sebelah lelaki itu.
"Ke belakang gih, Kle."
"Belakang?"
"Ikut Disya sama Keyza."
Klea menggeleng dan malah membuka ponselnya. "Mereka kayaknya mau bikin kue lagi deh, tapi gue nggak mau ikut. Nggak bisa."
"Ya udah, lo ikut aja ke belakang, sana. Biar belajarlah gimana cara bikin kue. Lo cewek loh, Kle."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Teen Fiction[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...